Senin 26 May 2014 16:47 WIB

Pejuang-Pejuang Masjid (1)

Shalat subuh berjamaah.
Foto: Republika/Agung Supri
Shalat subuh berjamaah.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti

Aroma harum kopi bercampur susu semerbak saat fajar menyingsing. Namun, bukan aroma dari kopi susu di kedai-kedai atau teras rumah-rumah.

Sajian susu dan kopi menghangatkan ruangan masjid di sisi selatan Keraton Yogyakarta. Sehabis shalat Subuh berjamaah yang berjubel, amalan disempurnakan dengan zikir pagi dilanjutkan kajian. Ditemani roti dan susu tentunya.

Kebiasaan ini sudah berlangsung di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta. Ketua Takmir Masjid Jogokariyan Ustaz Muhammad Jazir ASP mengatakan rutinitas itu telah dilakukan sejak tahun 1990. Efeknya ampuh, jamaah shalat Subuh memenuhi masjid hampir seperti shalat Jumat.

Menurut Ustaz Jazir, masjid memang perlu dimanajemen agar tak bergantung pada sumbangan untuk program-programnya. Kini Masjid Jogokariyan memiliki Hotel Islamic Center dengan 11 unit kamar VIP.

Hasil dari hotel itu tak hanya untuk mendanai pengurus masjid, tetapi juga pengelolaan masjid, kegiatan, dan jamaah. Meski tidak bergantung pada infak, Masjid Jogokariyan menerima bentuk infak yang terdiri atas beras dan uang. 

“Bagi jamaah yang tidak memiliki uang, mereka boleh menyedekahkan sisa berasnya kepada masjid,” ujarnya. Kotak-kotak besar telah tersedia untuk menampung sumbangan dari para jamaah yang dikenal dengan lumbung masjid.

Dana infak yang telah terkumpul nantinya akan dibagikan kepada 968 anak yatim dan 280 kepala keluarga miskin. Tak hanya itu, pihaknya juga membantu dalam pendampingan ibadah bagi mualaf.

Mereka yang sudah wajib melaksanakan shalat fardhu disediakan pelatih khusus yang datang ke rumah. Saat ini, sudah ada sekitar 1.899 mualaf baru. Sebanyak 816 orang di antaranya mengikuti pelatihan shalat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement