Senin 26 May 2014 13:59 WIB

Tafsir At-Tanwir Dinilai Karya Monumental

Yunahar Ilyas
Foto: ROL
Yunahar Ilyas

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh; Hafidz Muftisany

SAMARINDA -- Muhammadiyah sedang menyusun kitab tafsir Alquran at-Tanwir. Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yunahar Ilyas mengatakan, tafsir tersebut disusun sebagai amanah muktamar satu abad di Yogyakarta pada 2010.

Menurut dia, tafsir Alquran berbahasa Indonesia masih sedikit dan rata-rata karya perorangan. Seperti, tafsir al-Azhar karya Buya Hamka, al-Misbah karya Quraish Shihab, dan tafsir yang dibuat Kementerian Agama (Kemenag).

"Kita membuat tafsir kelembagaan Muhammadiyah," ujar Yunahar di sela-sela Tanwir Muhammadiyah di Samarinda, Ahad (25/5). Sesuai namanya, isi tafsir at-Tanwir akan berbeda dari kitab-kitab tafsir yang sudah ada.

Penjelasan yang diberikan juga tidak akan mengulang yang sudah ditulis para mufasir, baik klasik maupun modern. "Harus mencerahkan, seperti tema besar Muhammadiyah," tutur Yunahar. Ia menuturkan, tim penyusun tafsir terdiri atas 25 ahli tafsir dan bidang khusus lainnya.

Mereka berasal dari beberapa anggota Majelis Tarjih dan pengurus daerah yang memiliki kapasitas dalam bidang ini. Metode penyusunannya, terang Yunahar, dibagi per tema. Satu orang mufasir memegang satu tema.

Yunahar mengatakan, Alquran itu bisa dibagi jadi beberapa tema. Setelah ditulis, dipanelkan di tim, kemudian diperbaiki penulis jika ada masukan. Seusia perbaikan, selanjutnya tulisan diserahkan kepada tim editing.

Yunahar mengakui fase yang cukup berat adalah saat draf memasuki proses pengeditan. Pada fase ini, tulisan dari masing-masing mufasir disinkronkan dari segi panjang dan gaya bahasa. "Ada yang menulis panjang, ada yang ringkas. Di fase ini yang paling lama."

Sejak dimulai tahun lalu, pembahasan baru sampai pada surah Ali Imran. Sedangkan, surah yang telah dipanelkan adalah al-Baqarah.Yunahar mengakui, pengerjaan karya tafsir ini agak lambat karena proses pengeditan yang memakan waktu.

Dia memperkirakan, jika tak ada hambatan dalam penulisan, tafsir at-Tanwir akan selesai enam tahun ke depan. Kelak, dicetak per juz.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, tafsir ini merupakan monumental Muhammadiyah saat memasuki abad kedua. Sangat penting memiliki kitab tafsir karena sebagai gerakan keagamaan Muhammadiyah memerlukan rujukan.

"Ini program jangka panjang, memang pengerjaannya agak lambat," ujar Din. Bagi dia, tafsir at-Tanwir akan melengkapi khazanah tafsir klasik yang panjang dalam mengurai ayat maupun tafsir penjelasan singkat yang banyak muncul saat ini

Tafsir ini berada di posisi tengah. Din mengatakan, dalam tafsir tersebut ada pesan-pesan etika dari ayat-ayat Alquran yang bisa diamalkan umat Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement