REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ferry Kisihandi
Sebanyak 50 orang memenuhi Ruang 312. Sebuah ruangan yang ada di Departemen Layanan Sosial Kota Lviv. Mereka Muslim Tatar, berupaya mendaftarkan diri sebagai warga kota yang berada di wilayah Ukraina Barat itu.
Maret lalu, 50 Muslim tersebut merupakan bagian dari 500 Muslim yang memutuskan untuk meninggalkan Crimea. Menyusul aneksasi Crimea oleh Rusia dari Ukraina. Sebagian beralasan khawatir terjadinya prosekusi politik. Lainnya karena alasan agama.
Lviv menyambut hangat kedatangan Muslim Tatar. Namun, warga asal Crimea itu tak memperoleh bantuan keuangan. Di wilayah baru ini, mereka saling membantu menemukan tempat tinggal. Termasuk, saling mendukung dalam hal birokrasi.
Ismail Ayubov (33 tahun) mengungkapkan alasannya meninggalkan Crimea. Ia khawatir terjadi diskriminasi agama di wilayah yang sekarang dikuasai Rusia itu. ‘’Sangat berbahaya bagi Muslim di sana,’’ katanya seperti dilansir laman berita Jerman, Die Welt, Rabu (14/5) lalu.
Ayubov membawa serta istri dan kedua anaknya ke Lviv. Sementara, Enver Muhammad menyatakan ketakutannya pada milisi bersenjata di Crimea. Sejak pengambalialihan oleh Rusia, masa depan Muslim Tatar di Crimea menjadi tak pasti.
Lebih dari 300 ribu Muslim Tatar hidup di Crimea. Hingga 1.000 orang di antaranya memilih meninggalkan tanah kelahirannya itu. ‘’Sebagian besar mereka tak ingin meninggalkan kehidupan di Crimea,’’ kata lelaki berusia 28 tahun itu.
Sebenarnya, Crimea di bawah pemerintahan Perdana Menteri Sergey Aksionov berulang kali menyatakan akan menjamin hak-hak minoritas Muslim Tatar. Bahkan berdasarkan konstitusi yang disahkan 12 April 2014, selain Ukraina dan Rusia, bahasa Tatar menjadi bahasa resmi.
Namun ada sebagian Muslim Tatar yang tak yakin dengan janji pemerintahan baru Crimea. Mereka enggan bertahan di Crimea dan melabuhkan nasib di Lviv. Beruntung di tanah harapan itu, di antara mereka bisa saling membantu.
Alim Aliev (25), biasa memberikan bantuan kepada Muslim Tatar lainnya di Lviv. Ia menyatakan, Rusia hanya berpura-pura melindungi minoritas Tatar. Kini, ia bersama 60 aktivis lainnya membantu Muslim Tatar menemukan tempat tinggal layak dan pekerjaan.
Ia bersama rekan-rekannya juga mengajari para pendatang Tatar mengisi formulir pengajuan menjadi warga. Aliev sudah enam tahun di Lviv. Saat milisi bersenjata Crimea pendukung Rusia turun ke jalan, ia membuat akun Facebook, Crieman SOS.
Melalui akun ini, ia mengabarkan kejadian di Crimea dan Kiev, ibu kota Ukraina. ‘’Kami ingin mengimbangi propaganda Rusia,’’ katanya. Saat itu, warga Crimea hanya memperoleh informasi mengenai Ukraina dari Rusia.
Lalu, ia bersama teman-temannya menampilkan nomor telepon darurat untuk para pengungsi Crimea. Melalui nomor ini, mereka membantu mengorganisasi warga Muslim Tatar di Crimea yang ingin melanjutkan hidup di Lviv.
Menurut Aliev, banyak yang tiba di Lviv namun belum tahu apa yang selanjutnya akan dilakukan. Karena itu, ia membantu mereka untuk memperoleh tempat tinggal dan pekerjaan.