Jumat 16 May 2014 15:55 WIB

Karena Mengungsi, Muslim Crimea Kekurangan Masjid

Warga Tatar di Crimea berdoa untuk pendahulu mereka korban kekejaman Uni Soviet
Foto: dnaindia
Warga Tatar di Crimea berdoa untuk pendahulu mereka korban kekejaman Uni Soviet

REPUBLIKA.CO.ID,  LVIV -- Rasa trauma masih terngiang dikalangan Muslim Tatar Crimea. Ini terjadi semenjak Rusia menganeksasi Crimea beberapa waktu lalu.

"Ini berbahaya bagi umat Islam di Rusia.," ungkap Ismail Ayubov, salah seorang Muslim Crimea, seperti dilansir onislam.net, Jumat (16/5).

Aneksasi Rusia terhadap Crimea merupakan respon terhadap hasil referendum di wilayah tersebut. Sebanyak 96 persen warga Krimea menyatakan memilih bergabung dengan Rusia. Meski komunitas internasional tidak mengakui hal tersebut.

Muslim Crimea yang sebelumnya mengalami mimpi buruk di masa lalu semakin cemas dengan masuknya pengaruh Rusia. Mereka khawatir akan terjadi pengusiran seperti yang dialami orang tua mereka dahulu,

"Banyak yang ingin melupakan masa lalu," kata Mohammed, 28 tahun.

Dalam beberapa pekan terakhir, banyak Muslim Crimea yang pergi dari rumah. Mereka selanjutnya bergabung dan berkumpul di Lviv. Wilayah ini dipilih karena tidak memiliki warga berbahasa Rusia. "Rusia katanya ingin melindungi minoritas. Nyatanya itu hanya pura-pura," kata Alim Aliev, 25 tahun.

Disaat bersamaan puluhan aktivis membantu para Muslim Crimea mencari tempat tinggal, mengumpulkan dana dan membantu pendataan. "Kami ingin melawan propaganda Rusia. Dan terus mengabarkan perkembangan yang terjadi di Krimea dan Kiev," kata salah seorang aktivis.

Selanjutnya, para aktivis ini membuka nomor gawat darurat untuk para pengungsi dan membantu pergerakan di Lviv. "Mereka ini orang yang bingung menghadapi perkembangan di Krimea. Mereka butuh bantuan untuk petunjuk langkah apa yang harus dilakukan," kata Aliev.

Bantuan itu, kata dia, termasuk mendirikan masjid sementara. Ini yang sulit didapatkan di Lviv.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement