REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erdy Nasrul
Musim haji tahun ini, Arab Saudi fokus penanganan penyakit menular.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta pemerintah bijaksana dalam menyikapi kasus MERS-CoV. Jangan sampai penanganannya membuat masyarakat resah, kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Selasa.
Ia meminta pihak terkait di pemerintahan, yaitu Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama bekerja sama dalam menanagani kasus ini. Wakil Sekjen PBNU Syahrizal Syarif mengapresiasi imbauan jamaah umrah untuk sementara waktu tidak berangkat.
Kalau sekadar imbauan tidak apa-apa, asal jangan sampai keluar larangan. Kalau sudah melarang itu tidak benar karena ini menyangkut ibadah warga masyarakat ke Tanah Suci," ujar Syahrizal.
Ia menjelaskan, virus MERS-CoV menular melalui kontak intens. Seperti, keluarga dari pengidap yang tinggal serumah atau tenaga medis yang merawat pengidap.
Ahad (11/5) Wakil Ketua Kesatuan Tour Travel Haji dan Umrah Republik Indonesia Artha Hanif mengatakan, secara garis besar jamaah umrah tahun ini persentasenya turun. MERS-CoV menjadi salah satu penyebabnya selain naiknya biaya perjalanan dan penginapan.
Sekitar 15-20 persen jamaah umrah membatalkan dan menunda perjalanan umrah tahun ini, kata Artha. Saat calon jamaah umrah dikonfirmasi mengenai keberangkatannya, rata-rata mereka mengatakan, nanti saja atau langsung menyatakan pembatalan.
Setiap tahun, ia memperkirakan, sekitar 200 ribu jamaah melaksanakan umrah di Tanah Suci. Sebanyak 50 ribu jamaah biasanya melaksanakan umrah Ramadhan. Sedangkan, sisanya pada bulan lainnya, terutama Desember hingga Maret.
Laman berita Arab News menyatakan dalam sebuah rapat, Senin (12/5), Kementerian Kesehatan Arab Saudi pada tahun ini, khususnya untuk penyelenggaraan haji, fokus menangkal penyakit menular. Mereka juga akan memastikan jamaah telah memperoleh vaksinasi.