Selasa 13 May 2014 21:19 WIB

PKPU Teruskan Misi Kemanusiaan ke Rohingya

PKPU
Foto: dok.pkpu
PKPU

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU dan Dompet Dhuafa sebagai anggota  SEAHUM (South East Asia Humanitarian Committee) di Indonesia mengadakan dialog kemanusiaan di Hotel Gren Alia, Jakarta, Selasa (13/5/2014).

Dialog yang dihadiri anggota HFI (Humanitarian Forum Indonesia) dan perwakilan lintas agama bertujuan untuk mengetahui update terakhir kondisi di Myanmar.

"Khususnya tentang permasalahan dan sumberdaya yang ada, sharing pembelajaran  terhadap aktivitas kemanusiaan yang telah dilakukan di Myanmar," kata Agung Notowiguno, Presiden SEAHUM Committee, selasa.

Dialog itu bertujuan menyamakan sikap dan persepsi terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi saat ini di Myanmar dan mencari solusi terhadap krisis kemanusiaan di Myanmar.

Pembicara dalam kegiatan ini adalah  Muhammad A.S. Hikam, MA., APU, Muhammad Kaimudin (PKPU), Imam Akbari (ACT), Sabeth Abilawa (Dompet Dhuafa), Muhammad Ziyad (Muhammadiyah) dan Pdt Albertus Patty (GKI). Dalam kegiatan ini Muhammad Kaimudin memberikan update yang berkaitan dengan kondisi terkini di Myanmar.

     

Sejak bulan September 2012 sampai Maret 2014, PKPU sudah melaksanakan 11 misi bantuan kemanusiaan ke Rohingya. “Kami sudah menyalurkan bantun dasar untuk para pengungsi di Rohingya, mulai dari bantuan shelter, Air bersih dan makanan," kata Kaimudin.

“Dengan diadakannya Dialog kemanusiaan untuk Myanmar ini, kita aka menghasilkan saran atau usul mengenai formula yang pas untuk membantu para survivor di Rohingya, Myanmar,” katanya.

Tragedi kemanusiaan di Myanmar sudah hampir 2 tahun berlalu sejak bulan Juni 2012 tepatnya di Negara bagian Arakan, Myanmar. Konflik ini menyebabkan permasalahan kemanusiaan yang membutuhkan respon dan bantuan dari dunia internasional.

Ini karena dampak konflik komunal tersebut, lebih dari 70 orang meninggal, lebih dari 3.000 bangunan rusak, dan hampir 60.000 orang kehilangan tempat tinggal. Sebagian besar dari mereka adalah etnis Rohingya (termasuk infrastruktur seperti masjid, rumah, sekolah) telah rusak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement