Senin 12 May 2014 15:09 WIB

Aksi Boko Haram Bertentangan dengan Ajaran Islam

Rep: c67/ Red: A.Syalaby Ichsan
Satori Ismail
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Satori Ismail

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi gerakan kelompok garis keras Nigeria, Boko Haram semakin memperihatinkan. 

Ribuan korban akibat serangan yang dilakukan oleh Boko Haram membuat aksi ini mendapatkan perhatian banyak pihak.  Selain itu, aksi tersebut dapat merusak citra Islam di dunia Internasional.

Ketua Ikatan Da’i  Indonesia (IKADI) KH Satori Ismail mengatakan, Islam tidak mengajarkan kekerasan. Menurutnya, aksi yang dilakukan oleh Boko Haram merupakan perbuatan yang tidak dianjurkan dalam agama Islam. “Islam agama damai, Islam agama sejuk,” ujar Kiai Satori kepada RoL, Senin (12/5).

Kiai Satori menambahkan, tindakan yang dilakukan oleh Boko Haram merupakan sebuah aksi teror. Dalam Islam, Lanjut Satori, suatu rencana yang baru akan dilakukan jika membuat orang lain merasa terancam maka, hal tersebut dilarang dalam agama Islam.

Satori melihat peristiwa kekerasan di Nigeria tersebut, Ia menilai selain faktor agama, juga ada faktor lain. Diantaranya, kondisi penguasa dianggapnya tidak sesuai dengan kehendak dari beberapa kelompok.

Selain itu, kekerasan di Nigeria yang dilakukan oleh kelompok Boko Haram, kata Satori, bisa berasal dari adanya operasi intelijen. Kemudian, berkembangnya masyarakat setempat yang terpengaruh terhadap aliaran pemikiran garis keras.

Untuk itu, perlu adanya perhatian dari para Ulama Islam seluruh dunia untuk mendakwahkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. “Mengajarkan ajaran agama yang menerangi semua umat,” katanya.

Selain itu, lanjut Satori, memperbanyak lembaga pendidikan agama salah satu cara dalam menangkal aksi kekerasan. Sebab, “Aksi Boko Haram merusak citra Islam dan barat semakin senang dengan adanya aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok Islam,” tegasnya.

Imam besar Masjid Itiqlal, Ali Mustafa Ya’qub mengatakan, tindakan kekerasan merupakan sebuah kemungkaran. Dalam Islam, Lanjut Ali Mustofa, perbuatan kekerasan sangat jauh dari amar ma’ruf.

“Bagaimana mau berbuat amar ma’ruf, jika melakukan kekerasan,” ujar Ali Mustofa

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement