Senin 12 May 2014 12:55 WIB

SGI Dompet Dhuafa, Mengajar dan Syiar ke Pelosok Nusantara (2-habis)

Rep: c78/ Red: Damanhuri Zuhri
Dompet Dhuafa
Dompet Dhuafa

REPUBLIKA.CO.ID, -- Ia mencontohkan kiprah guru-guru SGI di Sambas, Kalimantan Barat, yang menginisiasi berdirinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan melibatkan partisipasi masyarakat lokal.

Sementara, guru-guru SGI di Kabupaten Dompu, Sulawesi Tengah, memprakarsai pembuatan abon lele sebagai usaha ekonomi masyarakat setempat.

"Saat ini, usaha itu sudah menembus pasar dan swalayan," tutur dia. Para alumni SGI pun, ungkap Jahidin, ingin terus berkiprah. Hasilnya, berdirilah Klinik Pendidikan Nusantara (Klipnus) yang digagas para alumni SGI Angkatan IV.

Guru sekaligus dai

Selain mengajar, para guru SGI juga diarahkan untuk menebarkan syiar Islam. "Sebagai dai, mereka biasanya mengajar mengaji pada sore atau malam hari, mengisi pengajian pemuda dan ibu-ibu, juga menjadi khatib keliling ke masjid-masjid pelosok," kata Jahidin.

Guru SGI juga bertugas menginisiasi berdirinya Taman Pendidikan Alquran (TPA) di tiap wilayah penempatan. ''Bagi para guru ini, yang terpenting adalah kepuasan batin karena telah berkontribusi dalam perbaikan kualitas pendidikan.''

Bertugas di daerah pedalaman nusantara, menurut Jahidin, membuat mereka menyadari hidup bukan untuk diri sendiri.

Hidup adalah berbagi dengan siswa, guru, dan masyarakat di wilayah ujung Indonesia. "Itu merupakan kehormatan, kebanggaan, dan pengalaman hidup yang terlalu sulit untuk dilupakan," tuturnya.

Asep Sapa'at, salah satu alumni SGI 2009, mengamini hal itu. Direktur SGI periode 2012-2014 ini mengatakan, keterlibatannya dalam program SGI berawal dari keresahannya ketika Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) dibubarkan.

Asep merasa, dengan dibubarkannya IKIP, tak ada lagi institusi yang menjadi wadah pendidikan bagi para calon guru.

Namun, rupanya ia salah. Sebab, ternyata ada SGI yang siap mendidik generasi muda menjadi guru-guru berkualitas dan berdedikasi tinggi. Baginya, SGI merupakan lilin penerang ketika dunia pendidikan dirundung kegelapan.

Ia berharap, SGI dapat terus konsisten menjadi pencetak "guru sebenarnya". Yaitu, para guru yang rela mendedikasikan hidupnya untuk memperbaiki kondisi pendidikan di Indonesia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement