Oleh: Mohammad Akbar
Model semacam ini biasanya ditemukan pada bangunan seperti gelanggang olahraga yang memudahkan sirkulasi udara berputar secara leluasa.
Gelak tawa anak-anak terdengar riuh. Para pria berusia belia itu tampak bergembira tatkala bermain sepak bola yang dilakoninya di halaman penuh naungan rindangnya pepohonan.
Sesekali, gelak tawa anak-anak tersebut dipecahkan oleh raungan suara mesin pesawat yang take off maupun hendak landing di Bandara Husein Sastranegara, Bandung.
Suasana semacam itu akan bisa Anda temui jika berkesempatan ke Masjid Habiburrahman. Masjid ini berada di dalam kawasan Bandara Husein Sastranegara. Dari landasan pacu, letaknya tak lebih dari sepelemparan batu yang dilakukan oleh orang dewasa.
Setiap petang tiba, belasan anak yang masih bersekolah di tingkat SD-SMP bisa ditemukan di halaman sebelah timur bangunan masjid. Di sekitar halaman tersebut tumbuh pepohonan yang membuat rasa nyaman bagi yang hendak meneduhkan diri.
Keteduhan tersebut tak hanya ditemukan di areal terbuka. Beberapa langkah kaki menapak, keteduhan yang sesungguhnya dapat pula ditemukan di Masjid Habiburrahman ini.
“Kami memang ingin menjadikan masjid ini sebagai masjid dakwah, pendidikan bagi umat, serta masjid yang ‘meneduhkan’,” kata Indra Wirasendjaja, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Habiburrahman.
Secara kasat mata, nuansa teduh bisa terlihat saat berada di bagian interior. Rasa teduh ini dapat dirasakan karena konsep masjid tersebut dibuat lapang. Untuk hamparan interior, Indra mengungkapkan, ukurannya sebesar 30 x 30 meter.
Sedangkan, ketinggian dari lantai hingga ke bagian atap ditaksir mencapai 15 meter. Khusus bagian langit-langit, masjid yang diresmikan penggunaannya pada 11 Maret 1994 ini sengaja dirancang dengan konsep terbuka.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
