REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hannan Putra
Bergerak salurkan amanah tanpa bayaran.
Pengumpulan dan penyaluran sedekah tak lagi monopoli lembaga amil zakat, infak, dan sedekah. Gaung gerakan sedekah yang tinggi membuat beberapa komunitas ikut terjun menjadi pejuang sedekah.
Founder Sedekah Rombongan (SR) Saptuari Sugiharto menerangkan gerakannya berawal dari kegemarannya mengunjungi panti asuhan. Ia lalu berinisiatif mengajak kawan-kawan lewat web dan Twitter.
Mendapat respons luar biasa, Saptuari meluncurkan akun Twitter @SRBergerak pada 9 Juni 2011. Hingga kini, SR sudah menyalurkan dana Rp 16,9 miliar dalam tiga tahun.
Penerima SR mulai dikerucutkan berdasarkan prioritas. Mereka, yakni anak-anak cacat di panti asuhan, bayi telantar, panti asuhan yatim piatu, janda tua dhuafa, orang sakit yang tidak mampu berobat, biaya sekolah yatim dan dhuafa, pondok pesantren yang kekurangan dana pembangunan, pembangunan masjid, serta kebutuhan ibadah.
SR memiliki visi dalam bentuk penjelasan identitasnya. “Ini adalah sedekah jalanan, ini tentang obat yang belum terbeli, beras dan lauk yang belum terbayar. Tentang susu dan makanan bayi yang habis esok hari, juga biaya sekolah yang masih tertunda,” ujar pengusaha muda asal Yogyakarta ini memaparkan.
Saptuari mengatakan gerakannya berbeda dari lembaga amil zakat karena penyalurannya lebih gesit dan langsung bergerak begitu ada sedekah yang akan disalurkan. Relawan yang bergabung di SR pun tak menerima bayaran.
“Kita tidak butuh pujian atau gaji. Kita cuma mau cari muka di depan Tuhan. Kita tidak punya kantor. Kita juga tidak pernah pasang baliho atau spanduk. Semuanya via Twitter dan website,” katanya.
Ketika ditanya, apakah peran pemerintah atau badan amil zakat belum maksimal dalam mengelola sedekah, spontan ia langsung membenarkan. “Kalau itu jelas, coba kita lihat ke desa-desa. Ada mbah-mbah yang makan saja susah. Ini tidak tersentuh oleh lembaga zakat,” ujarnya.
Setelah hampir tiga tahun Saptuari dan rekan-rekannya bergelut di SR, ia merasakan hikmah luar biasa. Menurutnya, dahulu kehidupannya habis dengan kesibukan dunia kerja. Namun sekarang, ia merasakan hidupnya lebih berarti.
Mengenai akuntabilitas, memang belum ada audit keuangan yang dijalankan SR. Namun, bukan berarti Saptuari tidak membuat laporan keuangan. Salah satu ciri khas di SR, yaitu setiap penyaluran bantuan mempunyai bukti foto.
“Ini kebiasaan di SR, setiap bantuan yang kita salurkan ada fotonya. Di sana ada nominal dan siapa penerimanya,” katanya. Izin operiasional gerakannya pun sudah keluar dan terdaftar di kantor BKPM Provinsi DI Yogyakarta.
Sebagai pengawas SR juga dikontrol oleh Ustaz Yusuf Mansur yang sering memotivasi mereka yang ada di SR. “Kalau dewan syariah, kita tidak ada. Tapi, kontrol sosial adalah teman-teman yang aktif di lembaga sosial.”
Selain itu, founder Makelar Sedekah (MS) Agus Pramono menambahkan, gerakannya menyasar para pengusaha. Ajakan untuk berbuat baik kepada pengusaha, justru lebih efektif dilakukan oleh pengusaha lain yang sudah sukses.
Ketika berbagi rahasia usaha, yakni shalat jamaah, sedekah, shalat Dhuha ternyata lebih didengar calon pengusaha jika yang menyampaikan merupakan pengusaha sukses dibanding dai. “Ajakan bersedekah bukan hanya dari ulama saja,” ujar pria yang akrab disapa Mas Mono ini.
Pemilik usaha Ayam Bakar Mas Mono ini menjelaskan komunitas yang ia kelola saat ini mempunyai empat program unggulan, yaitu pendidikan, sosial, kesehatan, dan entrepreneurship.
Mas Mono menegaskan, munculnya gerakan sedekah bukanlah saingan lembaga amil zakat. “Justru, yang ada kita bersinergi.” MS sendiri, ujarnya, sering menjalin kerja sama dengan badan zakat, seperti Dompet Dhuafa, Al-Azhar Peduli Ummat (APU), PPPA Daarul Quran, dan lembaga zakat lainnya.
Selain itu, dari sisi akuntabilitas, MS membuat pembukuan keuangan secara mandiri. Mas Mono mengatakan rekening MS masih atas nama dirinya, namun itu tidak mengurangi kepercayaan mereka yang ingin bersedekah.
Mas Mono merasakan kenikmatan bersedekah dengan gerakan ini. Dengan membantu orang lain, ia merasa urusannya pun dibantu Sang Khaliq. “Hidup ini harus balance. Apalagi di dunia sedekah ini, saya juga masukkan juga unsur enterpreneurship-nya,” ujarnya.