Sabtu 26 Apr 2014 15:45 WIB

Ustaz Yusuf Mansur: Ini Laboratorium Sedekah Kita Semua

Ustaz Yusuf Mansur
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ustaz Yusuf Mansur

REPUBLIKA.CO.ID, -- Maraknya gerakan sedekah di Tanah Air, tidak lepas dari peran Ustaz Yusuf Mansur. Salah satu Tokoh Perubahan Republika 2007 ini mendirikan Program Pembibitan Penghafal Alquran (PPPA) Daarul Qur’an pada 27 Maret 2007, yang kini menjadi Lembaga Pengelola Sedekah terkemuka.

Ustaz Yusuf juga mencanangkan 27 April sebagai Hari Sedekah Nasional. Berikut petikan wawancara Pendiri PPPA Daarul Qur’an, Ustaz Yusuf Mansur kepada wartawan Republika Hafidz Muftisany.

Bagaimana perkembangan semangat sedekah di Indonesia?

Kini, sedekah tidak lagi identik dengan memberi recehan kepada pengemis yang menyaru jadi pengumpul sumbangan di jalanan atau door to door.

Sedekah menjadi gerakan sosial dan dakwah, yang menginspirasi lahirnya banyak komunitas sedekah beserta tokohnya masing-masing.

Jadi, sudah sepantasnya jika kita menyebutnya sebagai gerakan nasional sedekah, yang secara simbolik kita tetapkan 27 April sebagai Hari Sedekah Nasional.

Apakah sedekah semakin berdampak?

Gerakan sedekah tak hanya bermakna memberi sedekah. Gerakan sedekah juga menjadi gerakan kesalehan ritual karena dibarengi dengan pembudayaan pengamalan ibadah wajib maupun sunah, baik dari kuantitas maupun kualitasnya.

Shalat sehari-semalam misalnya, bukan lagi hanya 17 rakaat, melainkan sebanyak 29 rakaat, termasuk shalat sunah Qobliyah dan Ba’diyah.

Bagaimana kilas balik gerakan sedekah nasional?

Awalnya, ini ajakan kepada para pengusaha menengah dan kecil yang ingin menjadi pengusaha besar untuk menyedekahkan keuntungan atau omzetnya sekali dalam setahun.

Bukan saja yang pengusaha, tapi karyawan, staf, direktur, dan berbagai lapisan masyarakat ikut Hari Sedekah Nasional.

Ajakan ini langsung disambut owner Waroeng Group Jody Brotosuseno. Saat itu, Jody Brotosuseno bukan hanya sedekah keuntungan, tapi langsung sedekah omzet yang berasal dari puluhan outlet Waroeng Group dalam satu hari. Tepat pada tanggal tersebut saya mengajak siapa pun untuk ikhlas berbagi kepada sesama.

Bagaimana perkembangan PPPA?

Kata Ustaz Ahmad Jameel, salah satu sahabat saya sejak merintis lembaga ini, seperti dalam mimpi. Bagaimana jungkir baliknya kita dulu memulai semua ini. Alhamdulillah, apa yang kita lakukan juga menjadi inspirasi bagi lembaga lain.

Alhamdulillah, semoga itu menjadi bentuk sedekah kami juga. Dan bagi kami, mereka bukan menjadi pesaing, melainkan mitra sejalan dalam koridor fastabiqul khairat.

Bagaimana perkembangan Daarul Qur’an sendiri?

Embrio Daarul Qur’an berawal dari kita mendirikan Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an di Bulak Santri, Karang Tengah, Tangerang.

Saat itu, kami membuat tim seleksi yang berkeliling Jawa untuk mencari bibit-bibit terbaik calon santri angkatan perdana Pesantren Daarul Qur’an.

Akhirnya, dari puluhan santri di Bulak Santri, terus berkembang hingga ditargetkan 100.000 penghafal Alquran di seluruh Indonesia.

Program ini pun menjadi laboratorium sedekah masyarakat Indonesia yang diwadahi dalam lembaga PPPA Daarul Qur’an. Ini lab sedekah kita semua.

Bagaimana program-program lainnya?

Dengan berbagai kekurangan dan tantangan yang dihadapi, PPPA Daarul Qur’an alhamdulillah sudah berusia tujuh tahun. Dengan berbasis pada pemuliaan Alquran, lembaga ini terus mengembangkan Pondok Pesantren Daarul Qur’an, Rumah Tahfidz Qur’an, dan Rumah Qur’an di berbagai daerah.

Tak hanya di dalam negeri, program rumah tahfidz quran dan rumah quran juga dikembangkan ke luar negeri, seperti ke Somalia, Afrika Selatan, dan Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement