Senin 14 Apr 2014 19:03 WIB

Kilau Hijab di Tokyo Fashion Week

Gaya hijab cantik
Foto: styles-guide.com
Gaya hijab cantik

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah

Tokyo Fashion Week memang sudah berakhir. Meski demikian,  gaungnya masih terasa. Setidaknya ada satu hal penting yang patut dicatat dari pergelaran mode bergengsi tersebut.

Yakni, tampilnya peragawati-peragawati  dalam balutan busana-busana Muslimah yang elegan, modis namun tetap syar'i. 

Yang membanggakan, sejumlah rancangan busana Muslimah yang memukau pengunjung Tokyo Fashion Week itu merupakan karya desainer Indonesia.

Windri Widiesta Dhari, nama desainer Indonesia itu, mengusung busana-busana Muslimah berlabel NurZahra.

Di ajang mode dua tahunan ini, Windri menampilkan koleksi musim gugur dan musim dingin yang terhimpun dalam tema Layers of Fidelity.  Di tangan Windri, busana-busana Muslimah yang sejatinya sederhana tampil menjadi busana berkelas.

Secara bahasa, NurZahra berarti cahaya terang. Nama tersebut berasal dari bahasa Arab yang terinspirasi dari nama putri Nabi Muhammad SAW, Fatimah az-Zahra.

Melihat koleksi-koleksi NurZahra, tampak sekali Windri ingin menyampaikan pesan Muslimah yang berhijab pun tetap memiliki peluang untuk berkreasi dengan gaya busananya sehingga tampil elegan dan modis.

"Jilbab yang sederhana bukan berarti pembatasan. Ini tentang bagaimana Anda menutupi tubuh dan terlihat lebih elegan dengan pakaian longgar yang pas," ujar Windri kepada awak media seusai memamerkan koleksinya di ajang Tokyo Fashion Week, belum lama ini.

Ditilik dari sejarahnya, penggunaan jilbab awalnya terbatas di negara-negara Timur Tengah yang konservatif. Namun, sejak munculnya gerakan Arab Spring, pemakaian jilbab di kalangan Muslimah menyebar cepat ke berbagai kawasan di dunia.

Bagi sebagian orang, jilbab boleh jadi terkesan ribet dan merepotkan. Nah, melalui koleksi-koleksinya, Windri ingin menegaskan jilbab bukanlah sesuatu yang sulit.

''Jilbab dapat dipakai siapa saja. Jilbab itu nyaman dan bisa membuat pemakainya tampil gaya,'' katanya seperti dilansir kantor berita AFP.

Dalam rancangannya, Windri juga mengangkat tren desain kontemporer, dengan memadukan katun atau sutra dalam jilbabnya.

Hal lain yang menarik dan mencuri perhatian adalah hadirnya topi lebar yang melengkapi jilbab.  Topi ini mengingatkan pada head piece yang biasa dipakai bangsawan Kerajaan Inggris.

"Konsep topi itu sebenarnya terinspirasi gaya yang muncul pada 1963. Saya sedang mencari topi antik yang dapat digunakan menutupi rambut dan leher. Saya memadukannya dengan konsep etnis tradisional supaya terlihat unik," kata Windri.

Tokyo sejak lama menjadi salah satu pusat mode dunia karena selera fashion warganya yang out of the box. 

Perempuan muda Jepang gemar mengenakan busana bergaya gotik. Sedangkan pemuda Tokyo dikenal sangat memperhatikan potongan rambut mereka.

Di tengah gemerlap mode di Tokyo itulah, Windri mampu mengembuskan napas segar melalui busana-busana Muslimahnya. Sesuatu yang patut diapresiasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement