REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kalangan akademisi Inggris dan Wales tengah menggodok kemungkinan perubahan kurikulum untuk 2016. Perubahan ini dimaksudkan guna mengakomodir kebutuhan komunitas Muslim.
Muncul pro dan kontra terkait perubahan itu. Bagi kalangan yang mendukung, perubahan itu akan membantu pelajar dan mahasiswa Muslim menjalankan ibadah Ramadhan tanpa terganggu jadwal ujian. Itu sebabnya, opsi yang ditawarkan memajukan masa ujian sehingga harapannya pelajar dan mahasiswa Muslim tidak akan kesulitan.
Sejumlah organisasi Muslim telah bertemu guna membahas masalah itu. Masukan dari komunitas Muslim akan menjadi bahasan utama, Asosiasi Guru dan Dosen Inggris (ATL). Untuk opsi pertama, dukungan mengalir dari lembaga pengawas ujian yang didanai negara Equality Challenge Unit. seorang juru bicaranya mengatakan institusi sekolah harus bersiap mengahadapi penyesuain jadwal ujian.
Bagi yang kontra, perubahan itu bukanlah hal yang realistis. Alasan lain, ujian yang dimajukan merugikan pelajar dan mahasiswa non-Muslim. Karena sebelumnya, mereka mengerjakan dua ujian dalam sehari. "Saya pikir tidak realistis bagi dewan menjadwal ulang ujian dan menyesuaikannya untuk agama minoritas atau agama lain," ungkap Mantan kepala sekolah dan juru bicara Campaign for Real Education Chris McGovern.
Secara terpisah, Barry Lingard dari Asosiasi Guru dan Dosen (ATL), seperti dilansir Express, Senin (7/4) mengatakan perubahan tersebut memiliki konsekuensi cukup besar, utamanya terkait adanya ujian tiga jam di akhir silabus di musim panas.
"Sebagian besar guru mendukung jika beberapa ujian penting, seperti bahasa Inggris dan matematika bisa dijadwal ulang sebelum Ramadhan," ujarnya.