Sabtu 05 Apr 2014 21:40 WIB

Magnificent Seven dan Golongan yang Dinaungi di Yaumil Akhir

Ustaz Erick Yusuf.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ustaz Erick Yusuf.

Oleh: Ustaz Erick Yusuf

Bismillahirrahmanirrahim,

Dahulu ada sebuah film yang sangat terkenal bertema koboy Amerika tahun 60-an yang dibintangi salah satunya aktor legendaris Charles Bronson dari sutradara John Sturges. Jika kita termasuk angkatan sekitar tahun 80-an pun kita masih ingat iklan di televisi “….mmmh Mandom” yang sangat terkenal. 

Film The Magnificent Seven yang bergaya western ini sebenarnya mengadaptasi dari film legendaris yang berjudul Seven Samurai pada 1954 dari sutradara legendaris juga, dari Jepang yaitu Akira Kurosawa. Seven Samurai ini kurang lebih bercerita tentang tujuh ronin (seorang samurai yang kehilangan tuannya) yang disewa oleh para petani desa untuk melawan bandit. Sungguh kisah yang sangat heroik.

Kata “tujuh” dan “magnificent” inilah yang mengingatkan saya pada salah satu hadis dari Abu Hurairah RA yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, yaitu tentang tujuh golongan yang dinaungi di yaumil akhir. Jika kita bahas arti kata “magnificent”, ini dapat diartikan luar biasa atau dahsyat. Dan betapa dahsyatnya atau luar biasanya orang-orang yang mendapat naungan Allah SWT ketika pada hari yang sangat sulit, yaitu hari akhir. Ketika tidak ada pertolongan lagi selain pertolongan Allah.

Ketujuh orang yang tersebut dalam hadis, walaupun secara lahiriah amalan mereka berbeda-beda bentuknya, akan tetapi semua amalan mereka itu mempunyai satu sifat yang sama yang membuat mereka semua mendapat naungan Allah Ta’ala. Sifat itu adalah mereka sanggup menyelisihi dan melawan hawa nafsu mereka guna mengharapkan keridhaan Allah dan ketaatan kepada-Nya.

Pertama adalah Memimpin yang adil. Dia adalah manusia yang paling dekat kedudukannya dengan Allah Ta’ala pada hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda, "Orang-orang yang berlaku adil berada di sisi Allah di atas mimbar yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar Rahman Azza wa Jalla--sedangkan kedua tangan Allah adalah kanan semua. Yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam keluarga dan adil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka.” (HR. Muslim).

Perlu ditegaskan dalam hal mengartikan hadis dimana disebutkan “kedua tangan Allah adalah kanan semua", ini adalah ayat mutasyaabihat tidak dapat diartikan secara zahir. Pemahamannya  lebih kepada dalam hal keagungan/kemuliaan, keutamaan, dan peniadaan aib/kekurangan. Berbeda halnya dengan anak Adam dimana tangan kiri sebagai satu kelemahan.

Kedua adalah pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ibadah kepada Rabb-nya. Hal itu karena dorongan dan ajakan kepada syahwat di masa muda sangatlah hebat. Karena itu tak jarang banyak pemuda-pemuda yang bermaksiat. Tapi tatkala seorang pemuda sanggup untuk meninggalkan semua syahwat karena mengharap ridha Allah, maka dia sangat pantas mendapatkan keutamaan yang tersebut dalam hadis di atas, yaitu dinaungi oleh Allah di Padang Mahsyar.

Ketiga adalah lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid. Sungguh Allah Ta’ala telah memuji semua orang yang memakmurkan masjid sebagimana firman-Nya, “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS an-Nur: 36-38).

Keempat, dua orang yang saling mencintai karena Allah sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah. Makna mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah adalah keduanya bersatu dan bermuamalah karena tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Dikarenakan keduanya mencintai Allah. Dan jika salah seorang di antara mereka berubah dari sifat ini (mencintai Allah), maka salah satu darinya itu akan meninggalkannya dan menjauh darinya, dikarenakan adanya tujuan yang melenceng bukan lagi tujuan hanya karena Allah semata. Dimensinya sangat luas mencakup keluarga, persahabatan, pekerjaan dan sebagainya.

Kelima adalah lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’. Dia diminta oleh wanita yang berstatus sosial tinggi, harta melimpah, dan kecantikan yang luar biasa untuk berzina dengannya. Akan tetapi dia menolak dikarenakan takut kepada Allah. “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.” (QS an-Naaz’iat: 40). Ini juga berdimensi luas dan dapat ditujukan kepada wanita.

Keenam adalah orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. Mereka golongan orang-orang yang tidak terjebak oleh amal riya dan sum’ah.

Ketujuh adalah orang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis. Karena ketika kita menangis dalam kesendirian dan hanya Allah yang menemani kita, ini terasa lebih ikhlas karena Allah. Bukan karena ikut suasana teman-teman yang menangis dan hal-hal yang serupa dengannya. Walaupun menangis secara bersamaan pun bukan berarti itu tidak ikhlas. Tetapi semua bergantung dari niat.

Namun yang dinaungi Allah SWT di yaumil akhir ini pun tidak terbatas pada tujuh golongan saja. Masih ada lagi bila kita lihat hadis yang dari Jabir RA, Nabi SAW bersabda, “ Barang siapa yang memberikan kelonggaran kepada orang yang berutang atau menggugurkan utangnya, maka Allah akan menaunginya di bawah naungan-Nya.” (HR. Muslim).

Subhanallah, oleh karena itu, mari kita berupaya dengan sangat sungguh-sungguh untuk masuk ke dalam salah satu golongan di atas tersebut. Insya Allah. Semangat! Amin.

Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi Allah adalah yang mengamalkannya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement