REPUBLIKA.CO.ID, Banyaknya musibah yang melanda negeri seharusnya menyadarkan kita bahwa ada tangan Mahakuat yang merontokkan segala kesombongan dan keangkuhan kita. Musibah yang datang tidak lantas menyurutkan semangat kita untuk terus beribadah kepada Allah SWT.
Harusnya, di kala musibah datang, di saat-saat itulah kita semakin dekat pada-Nya. Itulah yang ditekankan Wakil Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr KH Ahmad Mukri Ajie MA, kepada wartawan Republika, Hannan Putra. Berikut petikannya.
Bagaimana tuntunan Rasulullah SAW saat datang musibah?
Kita mesti pahami betul, dalam perspektif Islam yang namanya musibah adalah peringatan kepada kita. Kita diingatkan bahwa apa yang kita jalani di muka bumi ini bersifat sesaat dan sementara. Semuanya relatif, jika hari ini ada, esok sudah tidak ada. Jika hari ini kita eksis, nanti sudah tidak lagi. Inilah fenomena duniawi.
Demikian juga dengan musibah yang datang. Banjir bandang, erupsi gunung berapi, longsor, dan lain sebagainya adalah peringatan kepada kita. Coba kita bertanya, kok ada awan panas yang membunuh. Kok ada air yang selama ini menjadi sahabat manusia dan bermanfaat untuk mencuci dan lain sebagainya, kini justru menjadi ancaman?
Maka ketika musibah itu datang, setidaknya ada tiga hal yang mesti kita ingat. Pertama, musibah yang datang tersebut berupa peringatan kepada kita. Kita wajib mengingat, siapa yang membikin banjir itu.
Seakan-akan Allah mengatakan, "Masih ada Aku di sini, kok kalian berbuat seolah-olah tidak ada Aku di sini." Itulah peringatan dari Allah SWT agar kita bisa kembali kepada-Nya. Kita harus perhatikan kembali bagaimana perilaku dan akhlak kita dalam beragama dan bersyariah. Ini yang mesti ditingkatkan.
Kedua, setelah kita menyadari musibah adalah peringatan dari Allah, seharusnya kita lakukan muhasabah. Kita evaluasi kembali, posisi kita saat ini seperti apa di hadapan Allah. Apa kita masih bermaksiat? Jangan dianggap yang bermaksiat itu hanya orang yang berzina misalkan.
Tetapi, orang yang tidak mau tunduk pada aturan yang berlaku, arogansi, dan lain sebagainya, itu semua juga bisa terkategori maksiat dan itu dosa. Itulah yang harus kita perbaiki.
Ketiga, semakin mendekatkan diri kepada Allah. Jangan sampai musibah yang datang malah semakin menjauhkan kita dari Allah. Lakukanlah amal kebaikan yang lebih dari biasanya, pahami kembali teks-teks Alquran, kemudian sosialisasikan Alquran itu di keluarga dan masyarakat.
Insya Allah, dengan tiga langkah ini, Allah akan memberikan kita hikmah di balik musibah yang terjadi. Dengan perilaku tersebut Allah janjikan ada nikmat dan berkah yang akan kita raih.