Kamis 03 Apr 2014 16:39 WIB

MTQ Potret Kerukunan Antarumat Beragama

Panggung utama MTQ Nasional ke-24 di Kota Ambon, Maluku.
Foto: Antara/Embong Salampessy
Panggung utama MTQ Nasional ke-24 di Kota Ambon, Maluku.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, sukses penyelenggaraan musabaqah tilawatil quran (MTQ) bisa dilihat dari sisi penyelenggaraan dan sebagai potret perwujudan kerukunan antarumat beragama di Tanah Air.

"Penyelenggaraan MTQ yang banyak melibatkan antarumat dan melahirkan kerukunan, baik antarapemuka agama maupun pada lapisan akar rumput menjadi potret dari semangat kerukunan nasional," kata Suryadharma Ali pada peluncuran (launching) MTQ XXV di Batam, Provinsi Kepulauan Riau, di Gedung Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (3/4)

Penyelenggaraan MTQ tak lepas dari kerukunan yang ada di Indonesia. Itu dapat dilihat dari pengalaman penyelenggaraan MTQ di Ambon. Banyak pihak awalnya ragu bahwa perhelatan yang dibuka Presiden SBY tersebut dapat berjalan sukses. Nyatanya, masyarakat Ambon yang terdiri dari umat Nasrani dan Islam saling bahu membahu menyukseskan penyelenggaraan MTQ tersebut.

Suryadharma Ali mengaku kagum dari siswa di kota tersebut mampu menyuguhkan tarian dengan irama bernuansa rohani berjudul Sajadah Panjang karya Bimbo. "Mereka menyuguhkan gerakan shalat. Bagus sekali tampilannya," kenang Suryadharma Ali.

Belum lagi, lanjut dia, permukiman dan rumah pastor dijadikan penampungan kafilah dari Banten. Di situ ada orang membaca Al Quran. "Padahal kita tahu, daerah tersebut baru saja didera konflik bernuansa SARA," ia mengatakan.

Ketika di Kendari digelar Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi), yang mempersiapkan perhelatan tersebut banyak melibatkan umat Islam. Ini gambaran nyata dari kerukunan. Karena itu, MTQ di Batam harus lebih bergairah lagi dan menjadikannya sebagai momentum kerukunan antarumat. "Ini sangat indah," ujar Suryadharma.

MTQ, lanjut dia, juga harus dipahami tidak sekadar ajang mengadu kemampuan seni membaca Alquran. Tapi lebih dari itu. Misalnya, melakukan kajian kandungan Alquran dengan melibatkan pakar dari Timur Tengah. Sebab, sampai kini masih banyak ayat Alquran belum ditafsirkan.

Menurut Suryadharma, sekitar 200 ayat banyak dikaji dari sisi fiqih, tasauf, hukum dan sejarah. Namun sekitar 6.466 ayat lagi belum digali isinya. Untuk itu diimbau agar panitia MTQ dapat melibatkan Ditjen Pendidikan Islam dan Bimas Islam --selama penyelenggaraan MTQ-- dapat membahas Alquran lebih dalam lagi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement