Rabu 02 Apr 2014 23:03 WIB

Raja Kontroversial Dinasti Mughal (1)

Aurangzeb Alamgir (ilustrasi).
Foto: Kubavats.com
Aurangzeb Alamgir (ilustrasi).

Oleh: Fuji Pratiwi

Aurangzeb sangat tidak setuju dengan tindakan ayahnya yang boros. Termasuk pembangunan Taj Mahal.

Di antara para raja dalam Dinasti Mughal, tak ada sosok yang lebih kontroversial melebihi Aurangzeb Alamgir. Dia memimpin Mughal antara 1658-1707 M.

Alamgir terkenal sebagai pemimpin religius di kalangan kaum Muslim di India. Tak kurang, Alamgir diangkat bak sultan oleh rakyatnya. Hanya, bagi para pengikut Hindu dan Sikh, ia dipandang sebagai pemimpin kejam. Pemimpin Mughal itu disebut mengekang kebebasan dan rezim yang tidak toleran.

Dinasti Mughal berkuasa di India selama era takhta Babur sekitar tahun 1500-an. Seratus lima puluh tahun kemudian saat Aurangzeb berkuasa, Dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya. Ia mengontrol sebagian besar daratan India dan menjadi dinasti terkaya di dunia.

Aurangzeb mendirikan negara kosmopolitan dan memiliki kekuatan serta kekayaan yang luar biasa besar pada 1618 M. Dia adalah anak Shah Jahan, yang membangun Taj Mahal di Agra. Shah Jahan merupakan guru terbaik yang mendidik Aurangzeb sejak kecil.

Di usia muda, ia telah hafal Alquran, ilmu hadis, dan ilmu-ilmu Islam lainnya. Ia juga dikenal sangat gemar membaca. Aurangzeb mampu baca dan tulis bahasa Arab, Persia, dan Turki, bahasa luluhurnya. Ia juga pandai menulis kaligrafi, bahkan beberapa kaligrafinya masih bisa dilihat hingga saat ini.

Salah satu cita-cita Aurangzeb adalah menciptakan pemerintahan Islam dalam Dinasti Mughal. Dia menilai, raja-raja pendahulunya tak memimpin dengan sistem Islam.

Kakek buyut Aurangzeb, Akbar, misalnya, justru menentang ajaran Islam dengan mengadopsi banyak hukum kepercayaan non-Islam. Dia bahkan mempraktikkannya dalam kehidupan pribadi maupun saat memimpin dinasti.

Keteguhan Aurangzeb menggunakan sistem Islam adalah buah pendidikan dan kentalnya nilai Islam yang melekat padanya sejak kecil. Aurangzeb memimpin Dinasti Mughal sebelum Shah Jahan wafat.

Meski sangat menghormati ayahnya, Aurangzeb sangat tidak setuju dengan banyak tindakan ayahnya yang boros dan berlebihan, termasuk mengkritisi pembangunan Taj Mahal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement