Rabu 02 Apr 2014 19:00 WIB

Fatimiyah, Penguasa Mesir Terlama (1)

Masjid al-Hakim, Kairo, Mesir, peninggalan Dinasti Fatimiyah.
Foto: Gattours.com
Masjid al-Hakim, Kairo, Mesir, peninggalan Dinasti Fatimiyah.

Oleh: Ani Nursalikah

Kemajuan Fatimiyah dalam administrasi negara lebih berdasarkan pada kecakapan daripada keturunan.

Dinasti Fatimiyah adalah penguasa Syiah yang berkuasa di berbagai wilayah di Maghrib, Mesir, dan Syam (Suriah) dari 5 Januari 910 M hingga 1171 M oleh Abdullah al-Mahdi Billah. Ada pula sumber yang menyebutkan Fatimiyah didirikan pada Desember 909 M.

Negeri ini dikuasai oleh Ismailiyah, salah satu cabang Syiah. Pemimpinnya juga para imam Syiah. Mereka memiliki kepentingan keagamaan terhadap Ismailiyyun. Dinasti itu disebut pula dengan Bani Ubaidillah sesuai dengan nama pendiri dinasti.

Fatimiyah berasal dari suatu tempat yang kini dikenal sebagai Tunisia. Setelah penaklukan Mesir sekitar 971 M, ibu kotanya dipindahkan ke al-Qahirah (Kairo) pada 969 M.

Di masa Fatimiyah, Mesir menjadi pusat kekuasaan yang mencakup Afrika utara, Sisilia, pesisir Laut Merah Afrika, Palestina, Suriah, Yaman, Yordania, dan Hijaz.

Puncak ekspansi Fatimiyah terjadi pada 1057 M sampai 1059 M. Saat itu, Jenderal Turki Al-Basasiri bergabung ke Fatimiyah dan memproklamasikan kekhalifahan Fatimiyah di Baghdad, rumah kekhalifahan ortodoks.

Mesir berkembang menjadi pusat perdagangan luas di Laut Tengah dan Samudra Hindia. Hubungan perdagangan dan diplomatik bahkan hingga ke Cina pada masa Dinasti Song.

Fatimiyah fokus pada perdagangan jarak jauh karena kurangnya minat di bidang pertanian. Selain itu, sistem irigasi Sungai Nil belum diperhatikan.

Fatimiyah dengan cepat berkembang menjadi sebuah kerajaan sebagai akibat dari propaganda luas Ismaili yang dijalankan dengan gerakan misionaris (dawat). Dawat, selama periode Fatimiyah, diorganisasi menjadi cabang pemerintah dengan fungsi, struktur, dan hierarki sendiri di bawah khalifah.

Kemajuan Fatimiyah dalam administrasi negara lebih berdasarkan pada kecakapan daripada keturunan. Penganut Sunni bisa menduduki jabatan di pemerintahan sebagaimana Syiah.

Toleransi kepada non-Muslim, seperti Kristen dan Yahudi, berkembang. Mereka juga bisa mendapatkan kedudukan di pemerintahan berdasarkan  kemampuan masing-masing.

Mesir merupakan satu-satunya negara yang paling lama merasakan kekuasaan Fatimiyah. Ketegangan hubungan antara beberapa provinsi di barat laut Afrika dan Asia Barat dengan Kairo mempersulit dinasti ini melekatkan jejak-jejak kebudayaannya di daerah itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement