Rabu 02 Apr 2014 12:10 WIB

Berharap pada Graha Tahfidz PPPA Daqu di Gaza (2)

Suasana pengajaran di Rumah Tahfidz (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Suasana pengajaran di Rumah Tahfidz (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yoebal Ganesha

Menurut Onim, dalam perhitungan awal dana pembangunan diperkirakan Rp 1,8 miliar. Namun, nilai itu kemungkinan akan membengkak karena mahal dan sulitnya mendapatkan bahan-bahan bangunan di Gaza.

Selama ini, katanya, kebanyakan bahan bangunan, seperti besi dan semen, didatangkan oleh pengusaha di Gaza yang berbisnis dengan pengusaha Isarel. Namun, jadwal pemasokan kadang tak pasti akibat blokade pemerintahan Zionis Israel.

Selain itu, mendatangkan bahan bangunan dari Mesir juga semakin sulit karena Pemerintah Mesir telah menghancurkan terowongan-terowongan itu. Padahal sebelumnya, terowongan-terowongan ini dipakai warga Mesir dan Gaza untuk memasukkan barang-barang kebutuhan dari Mesir ke Gaza.

Pemerintah Mesir menghancurkan terowongan-terowongan itu karena khawatir disalahgunakan oleh para pemberontak di kawasan Gurun Sinai, yang berbatasan dengan pintu masuk Rafah ke Gaza.

Walau pembangunannya belum selesai, Onim melanjutkan, saat ini Graha Tahfidz PPPA Daqu Indonesia sudah mengambil alih markas tahfiz pria dan wanita yang terdapat di Masjid Raya Umari, Jabalia. Kegiatan ini melibatkan empat guru, dua wanita, dan dua pria. Mereka mengasuh siswa lebih dari 160 orang.

Setidaknya, katanya, untuk mengelola kegiatan itu dibutuhkan biaya operasional Rp 130 juta per tahun, terutama untuk kafalah para pengajar. Proses ambil alih ini sudah dilakukan sejak Mei 2013 atas permintaan takmir masjid tersebut.

Klinik ibu dan anak

Mengingat sulitnya kondisi kehidupan di Gaza, kata Onim, warga Jabalia juga berharap Graha Tahfidz PPPA Daqu Indonesia di Gaza tak hanya bergiat di bidang pendidikan agama, tapi juga pendidikan umum anak-anak, serta membuka klinik kesehatan untuk ibu dan anak.

Contohnya, seperti yang disampaikan oleh Syekh Fuad Ied Abu Mahmud, khatib Masjid Siddiq, dan mantan anggota parlemen Palestina pada masa pemerintahan Yasser Arafat.

Saat bertemu di masjid seusai shalat Maghrib di Masjid Umari, Syekh Fuad menyampaikan bahwa di wilayah Jabalia di Gaza Utara, khususnya di sekitar Graha Tahfidz PPPA Daqu, tak ada satu pun yang namanya klinik persalinan.

Karena itu, ia pun berharap Graha Tahfidz PPPA Daqu Indonesia mengusahakan klinik khusus persalinan. “Dengan adanya klinik itu, warga Gaza Utara,  khususnya warga Jabalia, tidak harus pergi bersalin di Gaza City yang jaraknya cukup jauh,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement