REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah
JAKARTA -- Masjid dinilai tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga ruang temu umat dalam mewujudkan keamanan di dalam dan luar masjid. Masjid juga berperan membentengi masyarakat dari hal-hal negatif.
Perwujudan masyarakat yang damai, aman, dan makmur adalah pekerjaan rumah kita semua, kata Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Provinsi Kepulauan Riau Muhammad Alwi, Jumat (28/3).
IPIM bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar seminar di Masjid Istiqlal, Jakarta, akhir pekan ini.
Lewat lokakarya yang digelar hingga Sabtu (29/3), pengurus atau aktivis masjid di Indonesia berkumpul membahas masalah aktual di Indonesia. Masjid, kata Alwi, bukan hanya milik Dewan Masjid Indonesia (DMI) atau IPIM, tetapi juga milik seluruh masyarakat.
Dengan adanya kebersamaan, Alwi berharap aktivis masjid juga berperan aktif di lingkungan sekitar masjid. “Makmur di masjid, juga di masyarakat,” kata Alwi.
Ketua Panitia Seminar Nasional Moderasi Islam 2014 Syarifuddin Muhammad menambahkan, setidaknya 80 persen masjid di Indonesia menganut paham Islam moderat.
Pesan yang ingin disampaikan dalam seminar ini adalah mengembangkan peran imam dalam dakwah Islam yang moderat dan santun. “Dan menjauhi dakwah mengenai kekerasan. Imam semestinya mengajak umat bertakwa dengan cara yang santun,” ujarnya.
Syarifuddin yang juga menjabat sebagai wakil imam besar Masjid Istiqlal itu mengatakan, meski masjid yang menganut paham radikal jumlahnya hanya sekitar 20 persen, mereka justru lebih militan.
Awalnya, mereka memulai dakwah dengan cara halus. Begitu mulai mendapat tempat di hati jamaah, mereka memulai doktrinnya.
Menurut Syarifuddin, langkah ke depan setelah seminar ini adalah menggali bersama dengan beberapa narasumber mengenai apa yang bisa dilakukan untuk mencegah radikalisme. “Masjid Istiqlal selektif dalam memilih imam, jadi tidak ada yang radikal di sini,” ujarnya.
Peserta yang terdiri dari 100 imam masjid dari seluruh nusantara antusias mengikuti pelatihan. Mereka memiliki tanggung jawab melindungi umat dari kekerasan, termasuk paham radikal.
Imam Masjid Nurul Iman Kota Padang, Sumatra Barat, Asmini Maizan mengatakan, masyarakat perlu dibentengi supaya tidak terpengaruh hal-hal di luar agama yang bersifat radikal.
Di Padang, katanya, masyarakat memiliki toleransi yang tinggi satu sama lain. Tidak ada kelompok radikal di sana. Alhamdulillah tidak ada, tapi antisipasi itu perlu, kata Asmini.
Menurutnya, seminar semacam ini bagus untuk mengingatkan khatib dan masyarakat akan bahaya radikalisme.
Asmini bertekad akan menyampaikan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin kepada jamaahnya saat kembali ke Padang. Islam bukan menyakiti orang lain, apalagi sampai membunuh, ujarnya.
Imam Masjid Raya Nurussaadah, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) Muhammad Jafar juga menyatakan hal serupa. Menurutnya, di Kupang tidak ada kelompok garis keras. “Terorisme sekarang ini harus dicegah dan tidak boleh dikembangkan, kata Jafar.
Deputi I BNPT Bidang Pencegahan Perlindungan dan Deradikalisasi Mayor Jenderal TNI Agus Surya Bakti berharap masjid-masjid di seluruh Indonesia tidak ditunggangi oleh aksi terorisme kelompok-kelompok tertentu.
“Dengan adanya workshop bersama rekan-rekan imam masjid seluruh Indonesia, BNPT berharap masjid sebagai tempat beribadah untuk umat Islam tidak dikotori oleh aksi-aksi radikal, tutur Agus.
Menurut Agus, kesucian masjid harus dijaga kedamaiannya agar menyebar ke masyarakat di sekitar masjid. Dalam hal ini, dakwah imam masjid berperan sangat penting untuk menyebarluaskan kedamaian ke masyarakat sekitar masjid.
Agus mengingatkan, Semua pihak mesti menjaga agar kelompok teroris jangan sampai memengaruhi masyarakat yang tinggal di lingkungan masjid itu.