Rabu 26 Mar 2014 13:06 WIB

Pesantren Terus Bertransformasi (1)

Salah satu sudut Pesantren Darunnajah Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Salah satu sudut Pesantren Darunnajah Jakarta.

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Pesantren menjadi jawaban kebutuhan masyarakat, terutama dalam bidang sosial.

Dunia pendidikan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pesantren. Dekan Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Abdullah Nata mengatakan, banyak teori menyebutkan sebelum ada sistem pendidikan modern seperti sekarang ini, sistem pendidikan pesantren telah berkiprah di nusantara.

Bahkan, ia mengutip pernyataan Nur Kholis Madjid, "Jika saja tidak ada Belanda, di Indonesia universitas besarnya bukanlah Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), namun pesantren-pesantren ini."

Sama seperti Universitas Harvard di Amerika Serikat yang awalnya merupakan seminari, tempat pendidikan bagi pemuka agama Kristiani yang kini berkembang menjadi universitas besar di dunia.

Pesantren kini semakin berkembang. Persepsi orang pun berubah menanggapinya. Jika dulu pesantren terlihat seperti sebagai tempat para calon ulama ngaji dan terpisah dari sistem pendidikan di sekolah umum, persepsi tersebut telah memudar.

Pesantren melakukan transformasi pada seluruh komponen yang membuatnya tak lagi sama seperti dulu. Pada sistem kelembagaannya yang dulu bersifat individualistik yang bergantung pada karakteristik kiai sebagai pemimpinnya, kini berubah kepemimpinannya menjadi yayasan kolektif.

Bidang pengajarannya pun bukan hanya pada masalah keagamaan, melainkan semakin meluas pada bidang pendidikan umum, profesional, dan ilmu-ilmu lainnya. "Program-program vocational, seperti pertanian, peternakan, dan program penjurusan lainnya kini bisa dikuasai oleh pesantren," jelas Abdullah.

Pesantren pun semakin mengembangkan bahan pembelajaran yang dirasakan akan bermanfaat setelah santrinya lulus nanti. Apa yang dipelajari di pesantren menjadi bekal para santri yang telah kembali ke masyarakat.

Bukan hanya pesantren modern saja yang berkembang, pesantren salafiyah pun juga ikut mengembangkan jenis ilmu yang diajarkannya. Tentunya, ilmu ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di daerahnya masing-masing.

Misalnya, ilmu-ilmu baru dalam mengembangkan pertanian, peternakan, keterampilan, wirausaha, perdagangan, kemudian di tempat tertentu, seperti pesantren di Tasikmalaya juga mengajarkan menyulam dan menjahit bagi santrinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement