Rabu 26 Mar 2014 06:19 WIB

Catur, dari Rakyat hingga Raja (1)

Ilustrasi
Foto: Fhs.d211.org
Ilustrasi

Oleh: Ani Nursalikah

Permainan ini merupakan salah satu penemuan Muslim di abad pertengahan.

Siapa yang tidak kenal catur? Masyarakat di berbagai belahan dunia mengenal permainan yang menggunakan papan berseling hitam dan putih itu. Bermain catur dipercaya menjadi salah satu cara meningkatkan kemampuan otak.

Catur adalah salah satu dari sekian banyak penemuan Muslim di abad pertengahan yang masih bertahan sampai saat ini. Terlepas dari ukuran dan tampilannya, catur dapat dimainkan dengan berbagai aturan yang bervariasi.

Bagaimana asal muasal, bentuk, dan siapa yang pertama kali menemukan catur masih menjadi misteri. Catur diduga berasal dari India atau Persia sekitar 600 Masehi. Pada abad ke-14, Ibnu Khaldun mengasosiasikan catur dengan orang bijak dari India bernama Sassa bin Dahir.

Permainan kuno serupa catur di India disebut chaturanga yang artinya “memiliki empat anggota tubuh”. Kemungkinan, hal itu merujuk pada empat cabang tentara India yang terdiri atas gajah, penunggang kuda, kereta tempur, dan infanteri.

Tidak seperti catur di masa sekarang yang terdiri atas papan dengan 12x12 kotak, chaturanga terdiri atas delapan kali delapan kotak. Chaturanga  menjadi cikal bakal catur seperti yang kita kenal sekarang.

Sebuah manuskrip Persia abad ke-14 menjelaskan, seorang utusan India membawa permainan “catur” ke pengadilan Persia. Catur itu kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang Arab. Namun, sebelum mencapai daratan Eropa, masyarakat Persia telah memodifikasi permainan itu menjadi chatrang. Saat bersentuhan dengan Arab, namanya menjadi shatranj.

Pada saat itu, bidak yang dimainkan adalah Syah sebagai raja dan Firzan sebagai jenderal yang kemudian berubah menjadi ratu di permainan modern. Fil adalah gajah yang kemudian bertransformasi menjadi menteri, Faras atau kuda, Rukh atau kereta tempur yang berubah menjadi istana atau benteng, dan Baidaq atau pion.

Perubahan terbesar aturan bermain catur, yakni dulu orang-orang menggunakan dadu. Mereka melempar dadu sebelum bermain. Dalam filsafat Hindu di India, melempar dadu sama dengan melempar kesempatan yang berarti sebuah cara berkomunikasi dengan kosmos dan para dewa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement