Ahad 23 Mar 2014 11:11 WIB

Masa Iddah dan Kebenaran Islam

erick yusuf
Foto: Agung Supriyanto/Republika
erick yusuf

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Allah SWT memberikan akal kecerdasan, ilmu pengetahuan, imajinasi memang untuk menegaskan kembali keyakinan atau keimanan kita kepada Allah dan apa yang datang dari pada-Nya. Jika kita bertamasya imajinasi pada saat lampau, ketika sekitar 14-15 abad yang lalu Allah SWT lewat Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW memberitakan “Was Samaa’I Dzaatil Buruuj” yang artinya; Demi langit yang mempunyai gugusan bintang. (QS. Al Buruuj, 85 ; 1).

Penjelasan Al Buruuj berarti sesuatu yang nampak. Kata ini seringkali digunakan dalam arti bangunan besar, benteng atau istana yang tinggi. Sedangkan kata Al Buruuj disini dalam arti gugusan bintang yakni letak bintang yang tampak di langit dalam bentuk yang beragam dan terbagi atas dua belas macam yang masing-masing disebut rasi bintang.

Bayangkan imajinasi apa yang berkecamuk dalam kepala para sahabat dan umat pada saat itu. Dikarenakan mereka tidak dapat melihat sejelas apa yang kita lihat sekarang. Allah SWT belum membukakan ilmu pengetahuan dengan memberikan seperti kepada kita sekarang cara membuat teleskop bintang, yang dapat mengamati dengan jelas bagaimana bentuk gugusan bintang tersebut.

Namun kecerdasan iman mereka sangatlah tinggi, karena apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, mereka “Sami’naa wa atho’naa, kami dengar dan kami ta’at!”.

Kemudian dari kisah di republika.co.id, di Amerika -- Robert Guilhem, pakar genetika dan pemimpin yahudi di Albert Einstein College menyatakan dengan tegas soal keislamannya. Dia masuk Islam setelah kagum dengan ayat-ayat Al Quran tentang masa ‘iddah wanita muslimah selama tiga bulan.

Massa ‘iddah merupakan massa tunggu perempuan selama tiga bulan, selama proses dicerai suaminya. Seperti dikutip dari society berty.com, hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan, massa ‘iddah wanita sesuai dengan ayat-ayat yang tercantum di Al Quran.

Hasil studi itu menyimpulkan hubungan intim suami istri menyebabkan laki-laki meninggalkan sidik khususnya pada perempuan. Dia mengatakan jika pasangan suami istri (pasutri) tidak bersetubuh, maka tanda itu secara perlahan-lahan akan hilang antara 25-30 persen. Guilhem menambahkan, tanda tersebut akan hilang secara keseluruhan setelah tiga bulan berlalu. Karena itu, perempuan yang diceraiakan siap menerima sidik khusus laki-laki lainnya setelah tiga bulan.

Bukti empiris ini mendorong pakar genetika Yahudi ini melakukan penelitian dan pembuktian lain di sebuah perkampungan Muslim Afrika di Amerika. Dalam studinya, ia menemukan setiap wanita di sana hanya mengandung sidik khusus dari pasangan mereka saja.

Penelitian serupa dilakukannya di perkampungan non muslim Amerika. Hasil penelitian membuktikan wanita di sana yang hamil memiliki jejak sidik dua hingga tiga laki-laki. Ini berarti, wanita-wanita non-muslim di sana melakukan hubungan intim selain pernikahannya yang sah.

Sang pakar juga melakukan penelitian kepada istrinya sendiri. Hasilnya menunjukkan istrinya ternyata memiliki tiga rekam sidik laki-laki alias istrinya berselingkuh. Dari penelitiannya, hanya satu dari tiga anaknya saja berasal dari dirinya.

Setelah penelitian-penelitian tersebut, dia akhirnya memutuskan untuk masuk Islam. Ia meyakini hanya Islamlah yang menjaga martabat perempuan dan menjaga keutuhan kehidupan sosial. Ia yakin bahwa perempuan muslimah adalah yang paling bersih di muka bumi ini.

Subhaanallah, dan masih banyak lagi science yang menegaskan kebenaran Al Qur’an dan Hadist seperti zygot, fase kelahiran, teori big bang, kiamat, DNA yang tersimpan di tulang ekor, terompet malaikat Israfil, dan masih banyak lagi.

Itu semua dikarenakan betapa Allah SWT menyayangi kita. Dikarenakan ketidak becusan kita dalam mengolah potensi akal yang Allah berikan. Seringkali apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya seakan-akan mestilah dapat diterima dengan akal barulah kita dapat beriman, jika tidak dapat diterima kemudian kita menolaknya.

Padahal ada “wilayah-wilayah” ayat-ayat atau sunnah-sunnah yang berada dalam jangkauan akal kita, ada yang tidak atau belum terjangkau oleh akal kita. Karena itu mari terus tholabul ‘ilmi, mengejar ilmu untuk menegaskan keimanan, agar tidak ada lagi keraguan dan mengarahkan perilaku kita agar bertaqwa hanya pada Allah SWT. Mari!

Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement