Kamis 13 Mar 2014 06:36 WIB

Berduyun Menekuni Kerja Sosial

Masjid di Inggris (ilustrasi)
Foto: guardian.co.uk
Masjid di Inggris (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ferry Kisihandi

St Mary University dibanjiri peminat. Banyak lulusan perguruan tinggi di Inggris mendatangi lembaga pendidikan itu.

Satu hal yang membuat mereka tertarik, program charity course. Sebuah kursus yang menawarkan pengetahuan mengenai amal dan cara mengelolanya.

Mohammad Kozbar termasuk yang menimba ilmu di sana. Ketua Masjid Finsbury Park, Islington ini mempraktikkan pengetahuan dari St Mary University untuk mengembangkan kegiatan amal di masjid. Ia mengatakan, kegiatan amal harus dimulai dari lingkungan terdekat.

Maka masjid, ia jadikan sebagai pusat kegiatan amal. Ia tak hanya mengembangkan layanan sosial kepada Muslim.

Ia memadukannya dengan dialog antariman. Baru-baru ini, Kozbar berhasil menggelar turnamen sepak bola antariman.

’’Kegiatan amal bertujuan melayani orang lain dan saya yakin setiap orang harus saling membantu,’’ katanya seperti dikutip The Guardian, Selasa (11/3).

Perlu kerja sama untuk menangani isu yang berdampak luas. Bukan hanya pada Muslim tetapi semua orang.

Misalnya, kata Kozbar, diskriminasi, kemiskinan, dan perlakuan terhadap perempuan. Selain lulusan perguruan tinggi, ada pula yang masih kuliah mengambil kursus ini. Salah satunya, Salama Mohammed, mahasiswa University of Westminster.

Bagi dia, ini bukan sekadar memahami bagaimana mengelola kegiatan amal. Menurut dia, kerja amal dapat membantu seseorang menghargai dan memperbaiki hidupnya sendiri. ‘’Anda mempelajari banyak hal yang sebelumnya tak diketahui,’’ katanya.

Saat menjalani kegiatan amal, ia belajar untuk lebih sabar, membumi, dan membahagiakan orang dengan cara sendiri.

Aksi sosial, selama ini memang memikat banyak Muslim Inggris. Mereka tergerak membantu orang lain dan memberikan derma.

Bahkan, pada Juli tahun lalu, survei yang dilakukan laman sebuah lembaga amal, JustGiving mengungkapkan, Muslim merupakan kelompok pemurah dibandingkan dengan kelompok pemeluk agama lainnya.

Abby Emery mengaku kerja amal dapat mengubah hidup seseorang. Ia mulai peduli mengenai ketimpangan dan isu pembangunan saat ikut terjun di bidang sosial ini. Sepuluh tahun lalu, ia bergabung dalam kampanye Make Poverty History.

Emery yang kini masih kuliah mengenai ekonomi pembangunan di University of London, berharap kelak bisa meniti karier di lembaga amal.

Menurut Ola Sholarin, ketua bidang Manajemen Pembangunan Internasional University of Westminster kegiatan amal kini marak.

Itu terjadi beberapa tahun setelah krisis keuangan. Konflik seperti yang terjadi di Suriah pun memengaruhi perkembangan kegiatan amal.

Para profesional, jelas Sholarin, mesti melengkapi diri dengan pengetahuan untuk menghadapi tantangan semacam ini.

Direktur Manajemen Amal di St Mary Univeristy Geoff Paul menuturkan banyak mahasiswa yang mengambil kursus berasal dari sektor swasta.

Di antaranya sektor finansial. ‘’Bertahun-tahun reputasi sektor finansial sangat buruk. Sedangkan kegiatan amal memiliki nilai-nilai yang bagus.’’

Banyak orang yang ingin terlibat kerja amal untuk membantu membangun sebuah masyarakat sipil. Merasakan keindahan saat membantu orang lain, jelas Paul, membuat kegiatan amal sangat menyenangkan bagi mereka.

‘’Lebih membahagiakan saat Anda bisa memberi makan seseorang dan menjadikan harinya lebih cerah daripada seharian berkutat dengan kertas kerja,’’ ujar Paul.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement