Senin 10 Mar 2014 02:11 WIB

Cerita Islam di Bulgaria (12): Program Unifikasi

Muslim Bulgaria.
Foto: Reuters/Stoyan Nenov
Muslim Bulgaria.

Oleh: Teguh Setiawan

Satu dekade setelah kampanye kedua digelar, pemerintah partai komunis mengumumkan Bulgaria tidak lagi mengakui etnis Turki.

Muslim Bulgaria adalah mereka yang bernenek-moyang Bulgaria dan dipaksa memeluk Islam oleh Ottoman. Perwakilan minoritas Turki; intelektual, seniman, dan ilmuwan, setiap hari mengeluarkan pernyataan betapa mereka bangga telah berganti nama.

Namun, sesuatu yang memalukan pemerintah Bulgaria terjadi. Sehari setelah muncul di televisi dan mengatakan bangga menyandang nama Naum Shalamanov, atlet angkat besi yang bernama asli Naim Suleymanoglu itu lari ke Turki.

Di Ankara, Naim disambut sebagai pahlawan. Tindakan Naim benar-benar menghancurkan sukses palsu Bulgarianisasi pemerintahan komunis.

Gelombang perubahan yang melanda Eropa Timur sepanjang akhir 1980-an tiba di Bulgaria November 1989. Pada sidang paripurna Komite Sentral Partai Komunis Bulgaria, 10 November 1989, Todor Zhikov—pemimpin partai komunis paling lama—mengundurkan diri. Bulgaria memasuki periode trandisi tersulit dan terpanjang.

Masalah minoritas Turki dan Muslim Bulgaria menjadi perhatian publik setelah munculnya perubahan. Hanya tujuh hari setelah Zhikov mundur, aksi demontrasi damai terjadi di Sovia. Namun dari sekian banyak peserta aksi demo, hanya Rumen Vodenicharov—wakil Masyarakat Independen untuk Perlindungan HAM—yang menuntut pengembalian nama-nama Turki dan Arab.

Reaksi mayoritas, yang berkumpul menuntut perubahan demokratis, tidak jelas; mendukung atau tidak. Semuanya serentak bersiul, ketika Vodenicharov membacakan tuntutannya. Namun aksi Vodenicharov didengar minoritas Turki dan Mulsim Bulgaria.

Desember 1989, sekelompok besar Muslim Bulgaria dari sebelah barat Pegunungan Rhodope, datang bersama istri dan anak-anak mereka, berjaan kaki ke Sofia untuk menggelar aksi demo. Mereka datang ke depan gedung parlemen Bulgaria, sebelum seluruh anggota parlemen bangun dari tidur. Mereka menuntut pengembalian nama-nama Turki dan Arab.

Hasilnya, pada 29 Desember 1989, dewan negera dan dewan menteri memutuskan untuk mengijinkan minoritas Turki dan Mulsim Bulgaria menggunakan kembali nama-nama Turki dan Arab.

Hari-hari berikutnya terjadi aksi demo tandingan. Komunitas asli Bulgaria di desa-desa, terutama yang dimukimkan bercampur baur dengan minoritas Turki dan Muslim Bulgaria, marah dan menggelar aksi demo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement