Senin 10 Mar 2014 00:01 WIB

Cerita Islam di Bulgaria (10): Era Komunis

Muslim Bulgaria.
Foto: Reuters/Stoyan Nenov
Muslim Bulgaria.

Oleh: Teguh Setiawan

Musim panas 1950  pemerintah Bulgaria mengeluarkan pengumuman resmi–yang ditujukan ke pemerintah Turki–bahwa 250 ribu Muslim Turki ingin berimigrasi dan Turki harus menerimanya pada 10 November 1950.

Sumber-sumber Turki menyebutkan, pada akhir 1951 terjadi gelombang pengusiran 155 ribu Muslim Turki dari Bulgaria. Namun, jumlah korban migrasi paksa sebenarnya jauh lebih besar dari yang diperkirakan pemerintah Turki, karena Bulgaria tidak menutup perbatasannya sepanjang 1950-1951.

Tidak ada catatan resmi berapa minoritas Turki yang tersisa di Bulgaria. Yang pasti, berkurangnya populasi Muslim Turki membuat tugas pengintegrasian diharapkan semakin mudah.

Uni Soviet mengulurkan tangan dengan mengirim orang-orang keturunan Turki dari Azerbaijan, dan bersama sedikit orang Turki yang telah menjadi komunis, untuk dipekerjakan sebagai guru sekolah dasar.

Dalam kurun 1959-1972, sekolah-sekolah Turki digabung dengan sekolah Bulgaria. Bersamaan dengan penggabungan itu, bahasa Turki tidak lagi menjadi pengantar kegiatan belajar-mengajar. Puncaknya adalah ketika anak-anak Turki di sekolah-sekolah Bulgaria menanggalkan bahasa nenek moyangnya dalam percakapan sehari-hari antarsesama.

Perhatian lebih serius partai komunis dan pemerintah Bulgaria ditujukan kepada Muslim non-Turki; Muslim Gypsie, Pomaks, Tatar, dan orang Bulgaria pemeluk Muslim yang mengidentifikasi diri sebagai Turki.

Pada 1962, Komite Sentral Partai Komunis Bulgaria menyetujui upaya-upaya menghambat perkembangan pengaruh Islam di semua etnis minoritas non-Turki, dengan meningkatkan pengajaran patriotisme.

Keluarga-keluarga Muslim Gypsie, Pomaks, Tatar, dan orang Bulgaria pemeluk Islam yang menyebut diri Turki diminta mendaftarkan kembali seluruh angota keluarganya. Saat pendaftaran dilakukan, seluruh keluarga diharuskan menanggalkan nama-nama Turki dan Arab, dan memilih nama-nama Bulgaria.

Tidak ada catatan bagaimana respons Muslim Gypsie dan Tatar atas ganti nama paksa ini. Yang pasti, hanya Pomaks yang melakukan perlawanan. Di Distrik Blagoevgrad, misalnya, orang-orang Pomaks ‘ngamuk’.

Catatan resmi pemerintah Bulgaria menyebutkan sepanjang 1962-1964, aksi penolakan keras yang memicu kerusuhan juga terjadi di desa-desa lain dan munculnya nasionalisme Pomaks.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement