Jumat 07 Mar 2014 02:13 WIB

Menjadikan Rasul Sebagai Idola

Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: smileyandwest.ning.com
Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti

Meneladani Rasul mesti dimulai dengan menelaah sirahnya.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik."

 (QS al-Ahzaab [33]: 21)

Keteladanan yang dicontohkan Rasulullah SAW mesti diikuti. Demikian kata Dosen Program Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Ustaz Mulyadi Kosim.

Sebab, Rasul memiliki sifat yang patut dipelajari dari generasi ke generasi. Ada empat sifat wajib yang Rasul miliki. Optimalisasi keempat sifat tersebut menjadi kunci sukses dakwah hanya dalam tempo 23 tahun.

Kondisi itu, kata dia, berbeda dengan para nabi sebelumnya. Nabi Nuh AS, misalnya, perlu puluhan, bahkan hingga satu abad untuk mengajak kaumnya menerima hidayah. Sebab itu, sifat terpuji Rasul dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Rasulullah SAW memiliki sifat benar dan jujur sehingga amanah dan dapat dipercaya dan apa yang diamanahkan akan disampaikannya tanpa ada yang disembunyikan. Tiga sifat tersebut akan membentuk sosok Rasulullah SAW yang cerdas meskipun tidak dapat membaca dan menulis.

Shiddiq merupakan sifat pertama yang dimiliki Rasulullah SAW. Shiddiq berarti benar. Sifat ini wajib dimiliki oleh seorang Rasulullah karena setiap perkataan dan perbuatan yang dilakukan harus di jalan kebenaran.

Iman yang diyakini umat Muslim terhadap Allah SWT harus didasarkan atas kebenaran dari tindakan, pemikiran, dan ibadah yang dilakukan Rasullullah. "Shiddiq energi berbuat amanah atas segala perintah-Nya,” tutur dia.

Amanah yang menjadi sifatnya pun memiliki pengertian yang luas. Rasul memiliki sifat amanah, artinya dapat melaksanakan tugas yang diemban, baik sebagai nabi, rasul, kepala keluarga, pemimpin, suami, ayah, dan orang yang hidup dengan sesama manusia.

Sebagai seorang khalifah, Rasul juga memiliki sifat amanah untuk memakmurkan alam semesta. Begitu juga dengan segala titipan yang diberikan padanya, baik fisik, ilmu, maupun umat. Rasul menyampaikan wahyu apa adanya tanpa ada yang dikurangi dan ditutup-tutupi. Ini sesuai dengan surah al-Mukminun ayat 8.

Menurut Mulyadi yang juga seorang kepala Sekolah Internasional Boarding School, sifat amanah merupakan bagian dari akhlak Rasulullah. Karena, negara akan tegak ketika memiliki bangsa berakhlak.

Sifat amanah juga diterapkan rasul dalam bekerja dan beribadah. Setiap dia berdagang, tidak pernah merugi karena konsumen yang selalu percaya terhadapnya. Begitu juga umat yang percaya karena ibadahnya yang tidak pernah tertinggal.

Sifat amanah tersebut diperkuat dengan sifat berikutnya, yakni tabligh, yang berarti penyampai. Segala sesuatu yang diterima olehnya sekecil apa pun akan disampaikan kepada umatnya.

Sebab itu, Rasul pernah disindir landaran sempat menghiraukan seorang sahabat tunanetra yang ingin bergabung dengan dakwah. Begitu juga ketika Rasul ditegur dalam surah at-Tahrim ayat 1.

Sifat keempat adalah cerdas. Rasullulah memiliki kecerdasan yang tinggi meskipun tidak dapat membaca dan menulis. Kecerdasan yang dimiliki Rasul tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga spriritual dan emosional. Rasul memiliki kecerdasan yang luar biasa untuk mencerahkan umatnya.

Dia tidak pernah belajar biologi, astronomi, dan sejarah. Namun, jelas dalam Alquran terdapat hal-hal yang berbicara mengenai ilmu perbintangan dan proses terciptanya manusia.

Bahkan, bangsa Quraisy pun tidak mampu membuat tandingan degan sastra tertinggi yang terdapat dalam Alquran. Kecerdasannya telah membuktikan umatnya terus berkembang hingga saat ini.

Dengan sifat yang dimilikinya, umat Muslim perlu meneladaninya dan diterapkan dalam ibadah sehari-hari. Ibadah tidak hanya dilakukan hanya yang bersifat spiritual, tetapi juga mencakup aktivitas manusia dapat menjadi ibadah dan memiliki pahala.

Mulyadi berbagi tiga kunci meneladani Rasul. Yaitu, keikhlasan beribadah, kesungguhan, dan kesesuaian dengan sunah. Ibadah yang dilakukan pun harus seimbang tidak hanya berhubungan dengan Allah SWT, tetapi juga dengan sesama manusia. "Ibadah Rasul bukan ibadah yang antisosial," kata dia.

Selain itu, kata dia, agar sosok Rasul dapat hidup dalam kehidupan sehari-hari, jadikan figur Rasul sebagai idola dan teladan. Perbanyak menelaah sirah Rasulullah, baik lewat berbagai referensi buku maupun mendatangi majelis taklim.

Pimpinan Majelis Taklim an-Nurmaniyah Kebon Jeruk Jakarta Barat, Ustazah Nurma Nugraha, menyatakan, kepribadian Nabi patut dipuji. Bahkan, Allah SWT pun memuji akhlak yang dimiliki oleh Rasulullah.

Menurut Nurma, umat non-Muslim pun menggagumi teladan Rasulullah meskipun tidak memeluk agama Islam. Ibadah yang dilakukan Rasulullah luar biasa ketika menjalankan shalat. "Kakinya sampai bengkak," kata dia.

Jaminan surga bukan hanya gratis ditujukan pada Rasulullah SAW. Dengan empat sifat yang dimiliki oleh Rasulullah, dapat diteladani dengan baik. Nurma pun mencontohkan ketika Anas bin Malik selalu berbuat baik pada Rasul. Rasul bertanya padanya apa yang diharapkan dari perbuatan baik tersebut.

Anas menjawab, ingin bersama Rasul di dalam surga. Maka, rasul memerintahkan agar memperbanyak sujud pada Allah SWT.

Untuk dapat meneladani rasul, Nurma mengatakan latihan terus-menerus dengan segala teladan yang diajarkan. "Kita harus dapat belajar dengan alim ulama dan mempelajari tuntunan Rasul dari mereka,” ujarnya.

Dengan mengikuti tuntunan Rasul, berpengaruh pada moral dan ekonomi yang lebih baik. Mereka tidak hanya fokus mengejar harta benda, bahkan mengumbar nafsu syahwat saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement