Kamis 06 Mar 2014 17:07 WIB

Masjid An-Nuur, Berpadunya Nuansa Eropa dan Timur Tengah (1)

Masjid an-Nuur PT Bio Farma Bandung, Jawa Barat.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Masjid an-Nuur PT Bio Farma Bandung, Jawa Barat.

Oleh: Mohammad Akbar

Ada replika pohon kurma untuk menghadirkan nuansa Makkah dan Madinah.

Ingin beribadah dan bermunajat di tengah temaramnya sinar kuning yang berpendar dari pohon kurma? Jika itu yang Anda inginkan maka sambangilah Masjid an-Nuur, Bandung.

Masjid yang berada di lingkungan perkantoran PT Bio Farma Bandung ini memang menjanjikan suasana plus bagi para jamaah yang beribadah di tempat ini.

Berada di dalamnya, jamaah bisa merasakan nuansa Timur Tengah yang elegan di tengah semilir hawa sejuk yang menyegarkan. Sejuk? Ya, masjid ini memang sangat sejuk.

Langit-langit yang tinggi, layaknya bangunan peninggalan Belanda, menjadikan sirkulasi udara begitu leluasa. Hawa sejuk itu juga hadir lewat jendela-jendela jangkung berbentuk lengkung di bagian atapnya.

Lengkungan-lengkungan itu rupanya mengikuti desain yang ada di bangunan utama Bio Farma. Model semacam ini merupakan ciri khas bangunan-bangunan bersejarah buatan Belanda.

''Gaya melengkung ini memang mengikuti peninggalan sejarah. Di sini disampaikan pesan bahwa Bio Farma ingin menjaga kelestarian sejarah. Bentuk bangunan masjid ini ingin pula menyampaikan pesan mengenai misi-misi perusahaan yang berglobalisasi dan berwawasan bioteknologi,'' kata Ketua DKM Masjid an-Nuur, Hasanurdin, di laman resmi Bio Farma.

Hal lain yang ikut menunjang lancarnya sirkulasi udara di masjid adalah dinding yang tak dihadirkan dalam bentuk tembok, melainkan jendela-jendela jangkung yang diselingi  roster-roster berbentuk segi delapan.

Roster yang terbuat dari bahan metal ini sayangnya tak dibiarkan berdiri lepas. Dalam hal ini, sisi bagian dalam roster ini, yakni yang mengarah ke interior masjid, dilapisi kaca permanen.

Lantai bangunan inipun sangat berperan dalam menghadirkan kesejukan. Bukan keramik atau marmer, lantai masjid ini dilapisi potongan-potongan kayu, mirip yang ada di Masjid Salman ITB. Dalam sebuah bangunan, material kayu memang sangat baik untuk menyerap panas.

Masih di sisi interior, tampak jelas nuansa Timur Tengah  yang tersaji lewat replika sembilan pohon kurma. Replika ini ditempatkan di sisi utara dan selatan. Di sisi selatan, berdiri enam replika.

Sisanya ada di sisi utara. Posisi replika pohon kurma ini sejajar dengan dinding masjid.  ''Replika ini sengaja dihadirkan agar jamaah dapat merasakan nuansa Makkah atau Madinah,'' jelas Hasanudin.

Sebagai unsur dekoratif, ditambahkan batu-batu koral di bagian dasar replika. Sengaja dipilih batu koral warna putih agar selaras dengan warna replika tersebut. Untuk membatasi batu dan pohon kurma dengan lantai masjid, diberikan lis warna hitam yang terbuat dari granit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement