Kamis 06 Mar 2014 16:16 WIB

Hojas Albania versus Hojas Arab (4-habis)

Muslim Albania melaksanakan shalat Idul Fitri di Kota Tirana.
Foto: Reuters/Arben Celi
Muslim Albania melaksanakan shalat Idul Fitri di Kota Tirana.

Oleh: Teguh Setiawan

Perang Dunia I melenyapkan harapan Albania menjadi negara stabil di bawah prinsip-prinsip Islam.

Albania silih berganti jatuh ke tangan Serbia, Montenegro, dan atau menjadi protektorat negara-negara yang melawan Jerman. Pada saat yang sama di Turki, Kemal Ataturk menjalankan proses sekularisasi.

Terinpirasi perjuanganAtaturk, Ahmet Bey Zogoli menggulingkan Fan Noli–patriarch Orthodoks Timur yang ditempatkan sekutu untuk memerintah Albania–dan mengangkat diri menjadi raja. King Zog, demikian Ahmet Bey Zogoli dipanggil, menanggalkan hukum Islam dan menerapkan Swiss Civil Code.

Sekularisme King Zog disambut gembira kelompok Katolik, Orthodoks Timur, dan Bektashi—sebuah sekte sempalan Syiah. Islam terlalu lemah untuk melawan, dan gagal mengorganisir diri. Partai Komunis Albania (ACP) di bawah Enver Hoxha menemukan lahan subur untuk tumbuh dan berkembang.

Perlahan tapi pasti, warisan Ottoman lenyap dari Albania. Muslim yang frustrasi mulai meninggalkan ajarannya dan menjadi aktivis komunis. Segelintir ulama yang mulai tua kehilangan pengaruhnya di masyarakat, dan ditinggalkan pengikut.

Sebelum Perang Dunia II, ACP menjadi kekuatan utama. Ketika Jerman menganeksasi Eropa Timur, ACP adalah satu-satunya kekuatan anti-Jerman di Albania. Bali Kombetar dan Legaliteti–partai yang mengangankan bentuk negara republik dan feodalistik–menjadi sekutu Jerman.

Selepas Perang Dunia II, Hoxha mengambil alih pemerintahan dan King Zog melarikan diri. Hoxha segera menjalankan agenda politiknya; menghancurkan Islam. Ia menasionalisasi semua aset lembaga-lembaga Islam. Merobohkan ratusan masjid, dan mengubah ratusan lainnya menjadi gudang, gedung teater, dan sarana publik lainnya.

Anak-anak diimbau melaporkan orangtua mereka yang menjalankan ibadah, atau menyimpan Alquran. Ratusan hoja, atau ulama, serta mereka yang setia dengan Islam dijebloskan ke penjara atau dibantai sepanjang 1944 sampai 1967.

Pemeluk Katolik, Orthodoks Timur, dan Bektashi–yang menguasai setengah dari seluruh kursi Polibiro ACP-- menyaksikan semua itu dengan senyum.

Pada 1967, Hoxha mendeklarasikan Albania sebagai negara atheis pertama di dunia dan menjalankan program berikutnya. Ia membersihkan politbiro ACP dari elemen keagamaan, dan mengarahkan mesih penghancurnya ke gereja-gereja dan kuil Bektashi.

Hoxha memaksa para paderi Katolik dan Orthodoks Timur menanggalkan jubah dan mengirim mereka ke pabrik-pabrik dan lahan pertanian kolektif. Mengutip Pashko Vasa—intelektual dan penyair Katolik abad ke-19—Hoxha mengatakan, feja e shqyptarit asht shqyptaria (agama orang Albania adalah Albanianisme).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement