REPUBLIKA.CO.ID, Kasus pelecehan seksual di tempat-tempat publik tak kalah meresahkan. Entah apa yang ada di benak para pelaku, transportasi umum pun tak luput dari sasaran mereka untuk melampiaskan nafsu bejat.
Tindak asusila di angkutan kota (angkot) tak sedikit memakan korban. Demikian pula perilaku amoral yang dilakukan di taksi, bus umum, ataupun kereta.
Islam mendorong terciptanya masyarakat Muslim yang beretika dan beradab. Tak terkecuali soal berpakaian. Salah satu hikmahnya ialah menjaga pandangan mata supaya tak menyesatkan syahwat.
Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya DR Arfan Muammar menyatakan, pemicu pelecehan adalah munculnya kesempatan. Bisa jadi karena suasana angkot yang mendukung lantaran sepi atau faktor lain.
Pendorong terjadinya kasus seksual bisa juga akibat minimnya kesadaran berbusana sopan oleh sejumlah perempuan. Ia menyebut pula pengaruh adiktif film porno. “Pelaku suka menonton film itu,” ujarnya.
Arfan menyarankan kaum hawa jika ingin keluar, akan lebih baik jika tidak sendirian. “Bisa ditemani keluarga, kerabat dekat, atau teman yang bisa dipercaya,” paparnya. Jika memang tidak ada yang menemani, diharapkan tidak berbusana yang menonjolkan auratnya saat berada di tempat umum. “Ini untuk ghoddhul bashar alias menjaga pandangan,” katanya.
Arfan menyatakan, tidak mudah untuk meminimalisasi pelecehan seksual. Asal semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, bertekad kuat, dia yakin pasti bisa. Yang pertama adalah hukuman yang berat. Pelaku pelecehan seksual harus dihukum seberat-beratnya.
Dia harus dipermalukan agar tidak mengulangi perbuatan yang sama. Negara di Timur Tengah, menurutnya, menjadi contoh betapa kerasnya hukuman bagi pelaku pelecehan seksual. “Ada yang dibunuh dan ada yang dirajam. Ini tegas,” ujarnya.
Pada dasarnya, perbuatan asusila merupakan pekerjaan yang memalukan. Jika asusila terjadi, pelaku asusila tersebut tidak memiliki rasa malu maka pemerintah membuat si pelaku dipermalukan sehingga pelaku pelecehan tersebut memiliki malu untuk tidak melakukan itu lagi.
Secara umum, jelasnya, pemerintah harus menanamkan pendidikan akhlak sedini mungkin. Pendidikan ini harus menyeluruh sehingga semua masyarakat mendapatkannya. Di dalamnya termasuk pendidikan keagamaan.
Agama, menurutnya, banyak mengandung nilai-nilai kehidupan seperti moral. “Ini nantinya akan membentuk kepribadian masyarakat yang berintegritas dan beradab. Ini yang akan menjadikan manusia tidak seperti binatang,” katanya.