Sabtu 01 Mar 2014 20:21 WIB

Masjid Baiturrahman, Sinergi Seni Nusantara dan Timur Tengah (2)

 Masjid Baiturrahman di Depok, Jawa Barat.
Foto: Catatanmasbay.files.wordpress.com
Masjid Baiturrahman di Depok, Jawa Barat.

Oleh: Mohammad Akbar

Tanpa kaligrafi

Di bagian interior, bangunan ini tak banyak memainkan ornamen seni. Bahkan, bagian mihrab yang biasanya dibuat semenarik mungkin, hadir sangat sederhana. Terbuat dari material granit, mihrab dibiarkan hadir dalam bentuk kotak.

Ragam kaligrafi pun tak terlihat hadir. “Dulu memang pernah ada kaligrafi. Kalau sekarang karena kita masih dalam tahap renovasi, kemungkinannya baru nanti,” kata Lamin. 

Meski demikian, bukan berarti tak ada yang memikat mata ketika berada di ruang dalam Masjid Baiturrahman. Cekungan kubah, misalnya, tampil menawan. Di sana ada gambar langit berwarna biru cerah.

Biasanya, cekungan kubah dilengkapi dengan lampu gantung yang menjuntai. Namun, di masjid ini lampu itu belum terpasang. “Masih kabelnya dulu,” kata Lamin lagi.

Masjid dua lantai tersebut memiliki balkon berdinding roster yang memungkinkan udara dan cahaya memasuki ruang dalam secara leluasa. Sayangnya, pada bagian balkon ini terdapat tiang-tiang penyangga berbentuk bulat dengan diameter sekitar satu meter yang cukup memakan ruang.

Tiang-tiang besar berjumlah 12 tersebut berada di bagian tengah. Sementara, ketinggian langit-langit tak lebih dari tiga meter. Alhasil, ruangan balkon terkesan sempit.

Terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya, masjid ini tetap saja memiliki daya pikat kuat. Banyaknya jamaah yang beribadah di dalamnya merupakan salah satu bukti. Anda pun jika kebetulan melintas di Jalan Tole Iskandar, Depok, dan belum menunaikan shalat, mampirlah ke masjid ini dan nikmatilah pesonanya.

Lahan tempat berdirinya Masjid Baiturrahman merupakan pemberian cuma-cuma dari warga setempat. Seperti diceritakan Lamin bin H Nirun, masjid yang berdiri di atas tanah seluas 1.884 meter persegi itu merupakan wakaf dari tiga keluarga warga setempat, yakni H Bontang, Hj Sofiah, dan H Sumanta.

Pembangunan masjid tersebut, kata Lamin, telah dirintis sejak 1950-an. Pada 1978 dilakukan renovasi besar-besaran. Bangunan masjid pun dibuat dua lantai. “Dulu masjid ini menjadi yang termegah se-Kabupaten Bogor,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement