Sabtu 01 Mar 2014 19:24 WIB

Masjid Baiturrahman, Sinergi Seni Nusantara dan Timur Tengah (1)

 Masjid Baiturrahman di Depok, Jawa Barat.
Foto: Catatanmasbay.files.wordpress.com
Masjid Baiturrahman di Depok, Jawa Barat.

Oleh: Mohammad Akbar

Bukaan pada balkon memungkinan cahaya dan udara bergerak leluasa.

Mendung masih menggelayut di atas langit Kota Depok. Hujan yang baru saja mengguyur sore itu belum juga mau membawa awan hitam pergi menjauh.

Di bawah langit mendung itu, gerak langkah anak manusia menuju Masjid Baiturrahman ternyata tak surut. Kumandang azan Ashar yang dilantunkan seorang pria paruh baya seperti menarik langkah-langkah warga sekitar untuk segera menuju rumah Allah itu.

Ibarat magnet, masjid yang berada di  pinggir Jalan Raya Tole Iskandar, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, itu senantiasa mampu menarik minat jamaah untuk datang dan beribadah di dalamnya. Di jam-jam “sepi”, seperti waktu shalat Ashar maupun Zhuhur pada hari kerja, masjid ini tetap mampu membuat barisan hingga dua shaf.

Selain kemampuannya memikat jamaah untuk datang, masjid ini pun mampu memikat mata siapa pun yang melihatnya. Tempat ibadah yang berdiri di atas lahan seluas 1.884 meter persegi itu tampil mencolok dibanding bangunan di sekitarnya.

Jika bangunan pertokoan di sekitarnya lebih banyak tampil dengan warna standar, yakni putih, maka masjid dengan luas bangunan sekitar 761 meter persegi itu berselimut warna merah marun dan kuning emas. Sebuah paduan warna yang secara artistik memiliki daya pikat tinggi.

Hal menonjol lainnya dari masjid tersebut adalah kubah dan dua tiang menaranya yang menjulang tinggi. Dari kejauhan, sekitar jarak 500 meter, bagian kubah dan menara itu sudah terlihat. Keduanya juga memiliki racikan warna yang sama. Untuk menara, kolaborasi warna tersebut dipadukan dengan pola simetris yang berulang.

Di ujung menara terdapat pula sebuah bangunan seperti kuncup bunga yang belum merekah. Warna bangunan di ujung menara yang menyerupai bentuk kubah berukuran kecil itu adalah merah marun. Sedangkan, warna kuning menghiasi garis-garis simetris di bagian tubuh menara.

Konsep desain masjid ini, seperti diceritakan salah satu pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Baiturrahman, Lamin bin H Nirun, adalah aplikasi berbagai  bentuk seni Timur Tengah dan nusantara.

Langgam bentuk bangunan nusantara tampak jelas dari hadirnya dua buah anak tangga di sisi kiri dan kanan pintu utama. Model semacam ini banyak ditemukan pada rumah-rumah panggung nusantara masa lalu.

Sedangkan, lengkungan-lengkungan yang menghiasi sejumlah bagian di interior masjid sedikit banyak melirik pada konsep seni bangunan Timur Tengah. “Tadinya masjid ini mau mengadopsi konsep rumah Betawi. Tetapi, belakangan arsiteknya memilih untuk menggabungkan konsep Timur Tengah dan nusantara,” terang Lamin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement