REPUBLIKA.CO.ID,Melihat jejeran mobil bermerk nan mulus tentu bukan hal aneh lagi. Namun bagaimana bila yang berjejer adalah mobil rongsok? Sabtu (1/3) Republika mendatangi sebuah penampungan mobil rongsok yang terletak di Jalan TB Simatupang, Cilandak. Penampungan ini cukup luas menampung berbagai jenis mobil dengan warna yang beragam dan tentunya berasal dari berbagai masa.
Kata ‘rongsok’ sering diartikan barang bekas yang sudah tidak bermanfaat lagi. Tapi bagi sebagian orang barang rongsok merupakan sumber pundi-pundi rupiah untuk kehidupan mereka. Adalah Ahmad, salah satu pengusaha penyewaan mobil rongsok di tempat ini.
Dari usahanya membuka penyewaan mobil rongsok ia bisa menghidupi keluarganya. Bapak satu anak ini bahkan mampu memberikan pendidikan kepada dua adiknya hingga sarjana. ”Adik istri saya dua-duanya saya kuliahin di Surabaya tapi udah lulus,” kata Ahmad sambil mengeringkan ban dalam sebuah mobil.
Pengguna jasa sewa mobil rongsok ini berasal dari berbagai kalangan. Stasiun televisi swasta dan rumah produksi adalah yang paling banyak, selebihnya berasal dari mahasiswa maupun siswa. “Yang sering make itu Supertrap di Trans TV sama kalo ada yang bikin film buat tabrak-tabrakan,” ungkapnya sambil bersandar di dashboard mobil pick-up yang sedang dicat salah satu pegawainya. Mobil rongsok tersebut digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk shooting adegan tertentu, menjadi objek pemotretan dan juga pemanfaatan onderdilnya.
Ahmad mendapatkan mobil rongsoknya dengan berbagai cara. Ada orang-orang yang datang menjual mobilnya dengan harga murah atau sekedar menitipkannya untuk dijual lagi. Harga yang ditawarkan untuk menyewa mobil rongsok ini mulai dari Rp 3,5 juta. Harga tersebut sudah termasuk biaya derek dari dan ke penampungan. Namun dapat berubah tergantung jarak yang dituju.
Proses pembayaran yang dilakukan pun dapat dilakukan dengan dua cara, pembayaran cash atau pembayaran bertahap. Pembayaran cash bila konsumen hanya menyewa sesekali. Sedangkan pembayaran bertahap bisa dilakukan bila konsumen sudah cukup sering menyewa di tempatnya. Dalam satu bulan Ahmad mengaku mampu menyewakan mobil rongsoknya nya sebanyak lima mobil.
Berbekal kemampuannya dalam bidang otomotif, Ahmad juga membuka usaha lain. Yaitu sebuah bengkel kecil yang melayani pengelasan, pengecatan, dan penjualan spare part mobil tipe khusus. Karena pengalamannya selama hampir 30 tahun dengan mobil, Ahmad dipercaya dan sering dimintai tolong untuk menangani mobil-mobil antik.
Pemanfaatan mobil rongsok yang dilakukan Ahmad dan teman-temannya telah membantu banyak pihak. Bahkan Ahmad menjadi jembatan penghubung antar perusahaan besar. Meski begitu, ada satu harapan Ahmad kepada pemerintah. “Sebenarnya kalau pemerintah membantu kita-kita ini, berkembanglah sudah,” katanya sambil menerima telepon dari konsumen. Sesekali, terlihat Ahmad memainkan putung rokok di jarinya, tampak ragu untuk membakarnya.
Republika mendapat izin untuk masuk melihat bengkelnya. Di bengkel sederhana berbahan seng tersebut terlihat banyak spare part berantakan. Potongan kerangka mobil yang digantung, tumpukan ban mobil besar, dua tabung las dan peralatan lain yang tercecer. Terlihat pula di sudut bengkel tumpukkan besi-besi tua.
Kaos oblong berwarna hitam dan celana tanggung yang dikenakan Ahmad menampakkan kesahajaannya. Tak disangka, beliau ternyata adalah seorang Haji. “Alhamdulillah dari usaha ini, 2008 kemarin, saya berangkat Haji sama istri,” ungkap lelaki Madura itu dengan tatapan mengawang.
Di bawah langit Jakarta, Tuhan memberikan Rezeki malalui cara-Nya sendiri. Bahkan berawal dari sesuatu yang tak dianggap sama sekali.