REPUBLIKA.CO.ID, TOLEDO -- Jalanan kota Toledo yang meliuk di antara sungai Tagus terdapat bangunan berbagai tempat ibadah tiga agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam. Kehadiran bangunan itu menandakan dahulu kota ini begitu beragam di masa lalu.
Pada Januari lalu, Spanyol berusaha meluruskan sejarah yang sempat meniadakan keberagaman itu. Melalui Rancangan Undang-Undang (RUU), Spanyol ingin memperkuat ikatan sejarah dengan komunitas Yahudi Sephardic, yang diusir lima abad lalu.
Kini, Spanyol juga dihadapkan fakta lain, yakni keberadaan komunitas Muslim. Rasanya tidak adil, apabila kebijakan yang sama tidak diberlakukan bagi komunitas Muslim. Sejarah mencatat, Ratu Isabella dan Raja Ferdinan memaksa umat Islam diusir atau memeluk agama Kristen.
Keturunan Moricos, demikian sebutan Muslim dari bahasa Spanyol, telah mengirim surat kepada Raja Spanyol, Juan Carlos, mereka meminta negara itu untuk memberikan tempat yang baik bagi keturunan Muslim. Dalam surat itu, kritikan pedas dialamatkan kepada Spanyol yang memberlakukan kebijakan ganda.
"Semua warga negara, termasuk keturunan Muslim, harus mendapat hak yang sama," ucap Presiden L' Association pour la Memoire des Andalous, Najib Loubaris, seperti dilansir onislam.net, Jumat (28/2).
Menurut dia, tawaran Spanyol kepada Yahudi Sephardic sangat positif. Ini sekaligus menjadi pengakuan terhadap kesalahan di masa lalu. Itu sebabnya, langkah itu seharusnya sama dilakukukan kepada keturunan Muslim.
Menurut Loubaris, saat ini ada 600 kepala keluarga di Maroko, yang merupakan keturunan Muslim. Mereka diusir, tapi jelas ada keterikatan historis yang tidak diabaikan. Seperti misal, musik, keahlian memasak dan gaya arsitektur.
Dewan Islam Spanyol, organisasi yang membawahi komunitas Muslim, telah melalukan pelacakan ke seluruh negeri. Dari laporan yang dipublikasikan lembaga itu, diketahui bahwa sampai hari ini ada kelurga yang menunjukan garis keturunan yang diusir berabad-abad silam.
"Laporan ini menunjukan keinginan Muslim akan hak yang sama. Tidak ada tendensi lain," kata juru bicara Dewan Islam Spanyol, Muhammad Escudero Uribe.
Sejak tahun 2006, Dewan Islam telah meminta Spantol menaturalisasi keturunan Muslim yang tersebar di seluruh wilayah Afrika, seperti Tunisia, Aljazair, Mesir dan lainnya. Namun, ususlan ini mendapat hambatan sehingga urung sampai pada ketok palu. "Rasanya pemerintah tidak bersama kami," keluhnya.
Bagi komunitas Muslim, perolehan hak yang sama merupakan misi penting dalam kampanye yang dijalankan selama bertahun-tahun. Mereka coba menunjukan bahwa ada sejarah yang ditutupi Spanyol. "Negara ini satu-satunya di Eropa, yang menjauhkan diri dari masa lalu," Manuel Rodriguez Antonio Ramos, Profesor Hukum, Universitas Cordoba.
Dorongan untuk hak-hak kewarganegaraan hanyalah salah satu bagian dari kampanye yang lebih besar yang dilancarkan untuk meningkatkan kesadaran Pengaruh Islam di Spanyol , Manuel Rodriguez kata Antonio Ramos , seorang profesor hukum di University of Córdoba . "Kami satu-satunya tempat di Eropa itu telah menjauhkan diri dari masa lalu , " kataku.
Menurut dia, pemberian hak kewarganegaraan terhadap keturunan Muslim ada baiknya tidak dilakukan secara simbolis, melainkan bersifat praksis. Ini dilihat dari usaha keturunan Yahudi Sephardic yang sebenarnya menggunakan cara serupa dengan Muslim melalui bukti garis keturunan.
"Mereka ini (keturunan Muslim) telah menciptakan peradaban. Mereka ini hispanik paling otentik," ucapnya.
"Anda tahu, kita harus mengakui bahwa mayoritas penduduk Spanyol itu adalah keturunan Muslim. Ini yang disembunyikan dari sejarah dan ingatan kita," ucap dia.