Jumat 28 Feb 2014 09:29 WIB

Ottoman, Kerajaan Islam Multinasional (2-habis)

Ilustrasi suasana di Kerajaan Ottoman.
Foto: Arts.wallpapers.com
Ilustrasi suasana di Kerajaan Ottoman.

Oleh: Ani Nursalikah

Struktur sosial kerajaan juga bervariasi. Ekonomi Kerajaan Ottoman berlimpah dari sektor agrikulturual. Kejayaan sultan, seperti yang sering ditekankan penulis politik, bersandar pada kerja keras para petani.

Jenis agrikultural dan peternakan yang berkembang, sebagaimana struktur sosial desa-desa dan rumah tangga petaninya, bervariasi dengan tradisi yang berbeda-beda. Begitu juga dengan variasi dalam iklim dan tanah daerahnya.

Berlawanan dengan para petaninya, sebagian populasi kerajaan hidup secara seminomaden dengan menggembala ternak. Seringkali dengan jumlah penduduk dan pemerintah yang ganjil.

Di antara kelompok ini terdapat suku Badui dari padang pasir Arab, Suriah, Mesir, bangsa Vlach dari Semenanjung Balkan dan suku-suku berbahasa Turki dari Anatolia, Suriah Utara dan barat daya Eropa.

Pada pertengahan abad ke-17, elite politik dan militer cenderung berasal dari garis keturunan Albania atau Kaukasia. Umumnya berasal dari Georgia, Abkhazia atau Kirkassia. Tokoh agamis atau berlatar belakang hukum yang menjadi staf di sekolah tinggi agama, pengadilan umum dan Masjid cenderung dari bangsa Turki.

Sedangkan di Balkan bagian barat, Bosnia, atau di provinsi yang berbahasa Arab adalah dari bangsa Arab. Secara singkat, Kerajaan Ottoman adalah kerajaan multinasional.

Loyalitas Sultan

Pada prinsipnya, diskriminasi terjadi karena basis agama. Muslim dapat mencapai posisi politik atau mengejar karir dalam layanan administrasi. Namun, di sini keturunan Muslim tidak penting.

Sebagian besar pemegang posisi politik merupakan generasi pertama atau kedua yang berpindah dari Kristen. Kantor pengadilan adalah tempat yang memelihara keluarga Muslim lama. Bagian tubuh penting pemerintahan ini tetap terbuka bagi non-Muslim.

Banyak orang merasa berisiko jika kegiatan pajak yang berpotensi mendatangkan keuntungan dipegang keluarga Kristen atau Yahudi. Namun, bukan berarti Kerajaan Ottoman eksklusif Muslim atau eksklusif milik bangsa Turki. Kerajaan ini adalah sebuah kerajaan dinasti dimana hanya loyalitas kepada sultanlah yang dibutuhkan dari seluruh penduduknya yang sangat beragam.

Loyalitas diharapkan bagi mereka yang tidak memegang kantor, yaitu tidak akan memberontak dan membayar pajak dengan tunai, kebaikan atau layanan. Bahkan, hal ini sering dapat dinegosiasikan. Pada akhirnya, sultan sebagai peroranganlah yang menyatukan kerajaan.

Pemukiman koloni Turki di Balkan telah menemani penaklukan Ottoman pada abad ke-14 dan ke-15. tahun-tahun setelah penaklukan Siprus pada 1573 M menjadi saksi perpindahan paksa orang-orang Turki ke pulau-pulau Anatolia. Orang-orang yang dideportasi kadangkala adalah para pembuat onar di daerah asalnya.

Mereka kemudian akan membentuk sebuah nukleus dari warga negara yang loyal terhadap Ottoman. Sultan juga menata ulang pemukiman kelompok-kelompok non-Turki, seperti komunitas Yahudi yang dipindah ke Siprus setelah 1573 M untuk mendorong kehidupan perdagangan di pulau itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement