Jumat 28 Feb 2014 07:30 WIB

Ottoman, Kerajaan Islam Multinasional (1)

Ilustrasi suasana di Kerajaan Ottoman.
Foto: Arts.wallpapers.com
Ilustrasi suasana di Kerajaan Ottoman.

Oleh: Ani Nursalikah

Populasi Kerajaan Ottoman sangat heterogen dalam agama, bahasa, dan struktur sosial.

Pada 1650 M, Kerajaan Ottoman (Turki Utsmani) menduduki daratan di Eropa, Asia dan Afrika. Di Eropa, wilayah teritorial Ottoman meliputi Semenanjung Balkan di bagian selatan sungai Danube dan Sava, dan daratan tengah Hungaria hingga ke utara.

Kerajaan-kerajaan Transylvania, Wallachia, Moldavia dan Crimea yang terletak antara Hungaria dan Laut Hitam membayar upetinya kepada Sultan Ottoman. Di Asia, Kerajaan Ottoman berkembang ke arah timur dari Bosphorus hingga pegunungan yang berbatasan dengan Iran, dan di bagian selatan hingga bagian hulu dari Teluk dan hingga ke Yaman di barat daya Semenanjung Arab.

Di Afrika, tanah kerajaan terdiri atas bagian barat litoral Laut Merah, provinsi kaya Mesir, dan semi otonomi pos terluar Tripoli, Tunisia dan Aljazair. Di Mediterania, Siprus dan sebagian besar pulau-pulau dari kepulauan Aegean dimiliki Ottoman.

Pada 1669 M, Kriti masuk menjadi bagian Ottoman. Pada abad ke-17, orang-orang Eropa biasa menyebut kerajaan ini sebagai "Kerajaan Turki" dan menyebut orang-orangnya sebagai orang Turki, terutama bagi orang Muslimnya. Penyebutan ini hanya benar sebagian.

Populasi heterogen

Populasi Kerajaan Ottoman sebenarnya sangat heterogen dalam agama, bahasa dan struktur sosial. Karena keyakinan sultan dan penguasa elite, Islam menjadi agama yang dominan.

Namun, gereja Yunani dan Orthodok Armenia tetap memegang peran penting dalam struktur politik kerajaan dan mengatur populasi Kristen yang besar. Bahkan, melebihi jumlah Muslim di banyak daerah.

Selain itu, ada Yahudi Ottoman dengan populasi yang substansial. Colin Imber dalam The Ottoman Empire, 1300-1650 mengatakan, setelah bangsa Yahudi diusir dari Spanyol pada 1492 M, mereka bermukim di Thessaloniki dan membuat kota ini sebagai populasi Yahudi terbesar di dunia.

“Di luar kelompok-kelompok utama ini, terdapat sejumlah besar komunitas Kristen dan non-Kristen, seperti Maronit dan Druz dari Lebanon,” tulisnya.

Kelompok bahasa sama beragam dan tumpang tindih dengan komunitas agama. Di Semenenajung Balkan, mereka yang berbicara Slavonic, Yunani dan Albania menjadi mayoritas. Terdapat juga minoritas Turki yang berbicara romansa Vlach.

Di Anatolia, bahasa Turki adalah bahasa mayoritas, tetapi daerah ini juga menjadi daerah untuk bahasa Yunani dan Armenia. Di timur dan tenggara, mereka menggunakan bahasa Kurdi.

Di Suriah, Irak, Arabia, Mesir dan Afrika Utara, sebagian besar populasi berbicara dengan dialek Arab dengan bahasa Turki tingkat tinggi. Namun, tidak ada provinsi mana pun yang menjadi bagian Kerajaan Ottoman yang mempunyai bahasa sendiri. Bahasa Turki adalah bahasa pemerintahan dan lingua franca kaum elite.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement