Kamis 27 Feb 2014 14:37 WIB

Malaysia Tujuan Favorit Pariwisata Halal

Sharin low pemilik restoran halal di johor
Foto: nst.com
Sharin low pemilik restoran halal di johor

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nashih Nashrullah

Negara jiran, Malaysia, terus berinovasi dalam berbagai hal, termasuk dalam bidang pariwisata. Potensi alam dan keragaman budaya menjadi daya tarik tersendiri di negara yang berbatasan dengan Kalimantan itu.

Bahkan, menurut hasil riset yang dirilis Muslim Crescentrating pada Selasa (18/2), Malaysia dinobatkan sebagai negara tujuan pertama untuk pariwisata Muslim.

Menyusul di belakang Malaysia dalam peringkat sepuluh utama, yakni Uni Emirat Arab, Turki, Indonesia, Arab Saudi, Singapura, Maroko, Yordania, Qatar, dan Tunisia sebagai sepuluh negara yang ramah halal untuk liburan.

Singapura, kata dia, merupakan satu-satunya negara non-Muslim yang berhasil masuk di daftar sepuluh besar.   

Kajian lembaga swasta yang fokus pada urusan wisata dan berbasis di Singapura itu menilai sejumlah kompenen, di antaranya perhatian negara terhadap kebutuhan wisatawan Muslim.

Persyaratan ini termasuk keberadaan dan aksesibilitas restoran halal dengan daging yang disembelih dengan standar Islam dan penyediaan ruang shalat di bandara, pusat perbelanjaan, dan hotel.

CEO Crescentrating Fazal Bahardeen kepada AFP mengatakan, prestasi yang disandang negara ini didapat melalui proses yang cukup panjang dan serius.

Sentra Pariwisata Islam Malaysia gencar bersosialisasi dan mengedukasi pelaku industri pariwisata untuk memenuhi kebutuhan utama pelancong Muslim.

Itu terlihat dari membludaknya dapur hotel yang bersertifikat halal yang dibarengi dengan pemenuhan kebutuhan spesifik lainnya. Bukan hanya menyangkut konsumsi makanan atau minuman.

Malaysia juga mulai memperhatikan layanan lain, seperti pemisahan ruang kebugaran dan kolam renang antara laki-laki dan perempuan. “Pelayanan halal untuk wisatawan Muslim terus meningkat,” ujarnya.  

Antusiasme Jepang

Bahardeen mengatakan, survei juga menyimpulkan, meskipun Jepang tidak termasuk peringkat sepuluh teratas, Negeri Sakura menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan dan berarti dalam pengelolaan pariwisata halal di Asia Timur.

Peringkat Jepang melesat jauh ke atas, dari posisi ke-50 naik ke peringkat 40 negara destinasi wisata Muslim dalam kurun waktu satu tahun.

Negeri Samurai ini pun tak segan-segan menggelontorkan anggaran belanja negara untuk fokus pada segmen pariwisata. “Jepang telah pasti menjadi tujuan wisata aktif,” kata dia.

Pemerintah setempat berinisiatif dengan menggulirkan rentetan program untuk mendongkrak kesadaran industri lokal dalam rangka menggarap potensi wisatawan Muslim tersebut. Di antaranya, membuat buku panduan wisata untuk turis Muslim yang melancong di Jepang.  

Desember lalu, bandara internasional di Jepang membuka ruang ibadah baru dan mulai menawarkan makanan halal bagi umat Islam. Bahkan, pemerintah berencana membuat pelabuhan Jepang lebih ramah untuk Muslim.

Langkah-langkah baru itu diikuti dengan kebijakan Jepang untuk memperlonggar penerbitan visa bagi pengunjung dari Indonesia, Malaysia, dan tiga negara di Asia Tenggara pada Juli.

Terobosan tersebut tampaknya cukup sukses. Pada 2013 tercatat sebanyak 28 ribu wisatawan Indonesia dan Malaysia berkunjung ke Negeri Matahari Terbit itu. “Naik 40 persen dari tahun sebelumnya,” ujarnya. 

Lebih lanjut, Bahardeen menjelaskan, pasar pariwisata Muslim menyumbang sekitar 13 persen dari pasar pariwisata global dengan potensi peredaran uang sebanyak 140 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2013. Pada 2020 capaian itu diprediksikan naik hingga tembus pada angka 200 miliar dolar AS.    

                                       

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement