Kamis 27 Feb 2014 12:59 WIB

Melawan Korupsi (3-habis)

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Chairul Akhmad
Warga melintasi Mural yang bertuliskan
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Warga melintasi Mural yang bertuliskan "Satu Bangsa di Bawah Korupsi" karya The Popo di kolong Jalan Sudirman, Jakarta.

Tanamkan nilai agama dari Keluarga

Untuk memerangi korupsi yang telah akut di negeri ini perlu adanya penanaman nilai agama dari dalam keluarga. Nilai kejujuran dan contoh teladan dari orang tua menjadi pembelajaran langsung dalam mencari jalan mengatasi permasalahan korupsi.

''Program-program antikorupsi memang perlu diperluas, terutama tentang penanaman akhlak jujur,'' kata dai muda yang memprakarsai berdirinya institusi //training Integrated Human Quotient (iHaqi) Erick Yusuf.

Menurut Erick, untuk menanamkan nilai kejujuran tidak hanya sebatas teori. Namun, praktik langsung dari para pemimpin menjadi satu keharusan yang diwujudkan.

Sayangnya, ia mengatakan, kondisi bangsa ini sedang mengalami krisis kepemimpinan yang bisa memberikan teladan. Ia pun merasa sangat miris hati ketika melihat partai besar Islam di negeri ini tak luput dari virus korupsi. ''Tetapi, kita tidak boleh menyerah,'' ujar pria yang aktif mengisi kolom di rubrik konsultasi agama di Republika Online ini.

Setelah penanaman nilai kejujuran dilakukan tiada henti dari dalam keluarga, langkah berikutnya adalah pengembangan program antikorupsi di sekolah-sekolah. Ia menyebut program Warung Kejujuran yang pernah dilakukan oleh KPK di sejumlah sekolah perlu terus dijalankan.

Ia menyadari, program tersebut memang belum meraih hasil maksimal untuk mendidik generasi remaja berperilaku jujur. ''Untuk itulah perlu terus dilakukan pengembangan program bagaimana nilai kejujuran itu bisa menjadi budaya, bukan korupsi menjadi budaya,'' paparnya.

Lebih lanjut Erick mengatakan, upaya lainnya untuk bisa membangkitkan semangat perang terhadap korupsi adalah penunjukan ikon. Ikon yang bisa merepresentasikan sosok bebas korupsi ini menjadi sangat penting. Terutama ikon dari remaja yang bisa memberikan harapan bahwa korupsi bisa diperangi di negeri ini.

Sementara itu, peran ulama, kata dia, bisa turut serta pada program penyuluhan. Para ulama harus bisa berperan aktif untuk menanamkan kesadaran kepada masyarakat bahwa korupsi yang terjadi sekarang adalah bahaya nasional.

''Tak lupa juga, ulama perlu melakukan kerja sama dengan para umara dan para pengusaha untuk terus mengembangkan program memerangi korupsi,'' ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement