Sabtu 22 Feb 2014 05:39 WIB

BKMT Fokus Pendidikan

ketua umum badan kontak majelis taklim (bkmt) tutty alawiyah as
Foto: dok.bkmt
ketua umum badan kontak majelis taklim (bkmt) tutty alawiyah as

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji Pratiwi

JAKARTA - Pendidikan dan akhlak bangsa menjadi isu utama dalam Rapat Kerja Nasional Badan Kontak Majelis Taklim (Rakernas BKMT) yang dihadiri 350 pengurus dari seluruh Indonesia. Rakernas dimulai sejak Kamis dan berakhir Sabtu (22/2) ini.

Ketua Umum BKMT Tutty Alawiyah mengatakan lembaganya memang sengaja menyoroti pendidikan. Sebab, pendidikan Indonesia tertinggal dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya. “Bahkan, kualitas pekerja Indonesia kalah daripada pekerja Filipina,” katanya, Jumat (21/2).

Para pekerja Indonesia kemampuannya kurang dan akhirnya banyak yang harus menerima perlakuan buruk. BKMT juga ingin menunjukkan Islam tak pernah membedakan laki-laki dan perempuan dalam urusan mencari ilmu dan berkontribusi di masyarakat.

BKMT mempersilakan pula anggotanya yang ingin masuk ke kancah politik. “Secara individu kalau memang terpanggil, silakan saja, tetapi sebagai organisasi kami bersikap netral,” ujar Tutty. Urusan politik jangan sampai lepas ke tangan orang lain, umat Islam harus berperan.

Menurut Tutty, sekarang ini moral bangsa semakin terkikis. Karena itu, penguatan ketahanan keluarga menjadi kunci perbaikan akhlak gerenasi muda. Ia mendesak para Muslimah membagi waktunya dalam tiga porsi.

Sepertiga untuk diri sendiri, sepertiga untuk keluarga, dan sepertiga lainnya untuk masyarakat. “Jangan sampai anak-anak bergaul tanpa sepengetahuan orang tuanya. Orang tua harus lebih memperhatikan siapa teman-teman anak mereka,” ujar Tutty

Ia miris dengan maraknya acara musik di televisi yang tayang setiap hari. Sebab, pengaruhnya bukan hanya terhadap anak-anak, tetapi juga kaum ibu. Kondisi semacam ini bakal melemahkan ketahanan dalam keluarga.

Dalam Rakernas, isu pendidikan dan akhlak bangsa termasuk salah satu pembahasan enam bidang, yaitu ekonomi, pendidikan, kerja sama, sosial, dakwah, dan kesehatan. Bidang kaderisasi, hukum dan advokasi, serta makanan dan obat juga akan dibentuk.

Seiring bertambahnya anggota BKMT dari berbagai latar belakang ilmu pengetahuan, BKMT memandang kaderisasi sangat dibutuhkan untuk regenerasi ustazah baru. Jumlah ustazah saat ini berkurang karena ada yang wafat.

Kaderisasi dilakukan melalui majelis taklim yang tersebar di 432 kabupaten kota di bawah jaringan BKMT. Ada sejumlah majelis taklim di wilayah yang medannya sulit, seperti Papua atau tempat Muslim merupakan minoritas.

Program pemberdayaan ekonomi Muslimah juga tetap dipertahankan dalam perhimpuman pengusaha wanita (Puspita). Aggota BKMT yang ingin memulai usaha bisa belajar ke anggota lainnya yang sudah berhasil mengelola usaha, seperti katering, salon, dan jasa transportasi.

Humas Rakernas BKMT Syifa Fauzia mencontohkan jamaah BKMT dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Ibu-ibu majelis taklim wilayah pesisir wilayah itu membuat usaha perhiasan mutiara dengan mempekerjakan para mualaf.

Ada juga jamaah yang fokus menggarap usaha pangan lokal. Adanya instruksi pemerintah daerah untuk meningkatkan produksi pangan lokal bagi wisatawan dimanfaatkan sebagai peluang usaha oleh ibu-ibu majelis taklim.

Selain itu, jamaah dari Sumatra Utara memanfaatkan sisa kain dari bahan seragam BKMT untuk membuat tas yang kemudian dijual. “Ibu-ibu BKMT sudah kreatif dan mandiri. Mereka bisa melihat potensi daerahnya untuk dijadikan lahan usaha,” kata Syifa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement