Oleh: Afriza Hanifa
Sejarah mencatat, Islam masuk ke Madagaskar melalui jalur perdagangan. Dimulai sekitar abad ke-10 atau ke-11, banyak warga Arab datang dan berdagang ke pantai timur Afrika. Budak dari Zanzibar juga banyak yang bekerja di kawasan itu.
Namun, Islam baru benar-benar menyentuh Madagaskar kala imigran Arab mulai menetap di area Majunga, bagian barat laut pulau. Bangsa Arab Muslim mendirikan pos perdagangan di sepanjang pantai di bagian barat laut tersebut.
Pada abad pertengahan, raja-raja di pulau Madagaskar secara intensif berinteraksi dengan para saudagar dari Arab, Persia, dan Somalia. Para pedagang ini bisa masuk dengan mudah karena membawa paham kesamaan hak antara manusia, antara wanita dan pria.
Pada masa penjajahan Prancis, perkembangan Islam tak terhenti. Pascakemerdekaan tahun 1958, Madagaskar memilih menjadi sekuler dengan berpihak pada Uni Soviet. Meski demikian, semua agama yang ada di pulau indah ini boleh terus dikembangkan.
Saat ini, Madagaskar lebih dekat pada negara bekas penjajah, Prancis. Dalam hal agama, Kristen hanya dipeluk oleh sekitar 41 persen warga, sementara mayoritas orang Madagaskar (52 persen) menganut kepercayaan tradisional.
Bagaimana dengan Islam? Agama Allah ini pun berkembang pesat. Pengaruh Muslim Arab banyak dijumpai di bagian tenggara pulau. Tak sedikit pula masyarakat setempat yang mulai tertarik pada Islam, yang dianggap sebagai agama nenek moyang mereka.
Suku tradisional pun berislam
Ada satu perkembangan penting terkait perkembangan Islam di Madagaskar. Beberapa suku tradisional setempat mulai melihat Islam sebagai agama yang perlu mereka anut. Mereka tergugah pada pemahaman bahwa Islamlah agama awal mula mereka sehingga sangat perlu kembali pada keyakinan tersebut.
Suku demi suku pun dikabarkan telah mengikrarkan diri sebagai Muslim. Terakhir, Suku Intimor melakukan syahadat massal. Sebanyak 17.500 mualaf pun lahir dari suku ini.
Intimor adalah suku yang tinggal di tenggara Madagaskar. Suku ini diyakini telah memiliki akar Islam pada masa lalu. Berislamnya kembali Suku Intimor disaksikan para aktivis dakwah Muslim Afrika yang berbasis di Kuwait.
Kepala aktivis Syekh Bin Issa Alawy mengatakan, dulu orang-orang Intimor telah menjadi Muslim, tetapi kehilangan kontak dengan dunia Islam sehingga hilang pula keyakinan mereka.
Kondisi itu diperburuk oleh masuknya misionaris Kristen yang memengaruhi kehidupan beragama mereka. Secara bertahap, suku tersebut kembali mengimani keyakinan mereka pada masa silam, yakni keimanan kepada Allah, Tuhan yang Esa.
Syekh Alawy mengatakan, upaya reislamisasi Intimor masih dalam proses meski telah berlangsung sejak empat tahun silam. Ke depan, ia mengharapkan sekitar 50 ribu warga Intimor dapat kembali memeluk Islam.
Tak hanya Intimor, suku-suku lain pun diharapkan dapat menemukan kembali jati diri mereka sebagai Muslim. ''Muslim baru ini (mualaf Intimor) membutuhkan banyak bantuan. Karena itu, kami mengimbau para dermawan Muslim di seluruh penjuru dunia dapat membantu," ujarnya dikutip laman Islamic Voice.