Kamis 06 Feb 2014 09:52 WIB

UMM Gelar Seminar Wakaf Internasional

Universitas Muhammadiyah Malang
Foto: .
Universitas Muhammadiyah Malang

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Wakaf bukanlah masalah yang mendunia, namun bagi negara mayoritas Muslim, seperti Indonesia dan Malaysia, wakaf merupakan persoalan yang amat krusial.

Untuk itulah, tiga institusi Islam Asia Tenggara, yaitu Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ikatan Ahli Arkeologi Malaysia (AMA), dan Yayasan Musa Asia (YASMA) Kamboja, berupaya mengupas topik itu pada The Third International Seminar on Islam in Asia 2014 yang berlangsung di Auditorium UMM Inn, Kamis-Jumat (30-31/1).

Menurut Direktur Program Pascasarjana UMM Dr Latipun MKes, kegiatan serupa, yaitu seminar internasional tentang Islam di Asia seri pertama dan kedua. Sebelumnya, kegiatan berlangsung di Kamboja dan Malaysia yang juga merupakan hasil kerja sama tiga institusi tersebut. “Kini UMM jadi tuan rumah,” kata dia.

Presiden AMA Malaysia Prof Dato Dr Nik Hassan Suhaimi Nik Abdul Rahman menyebut kerja sama tiga institusi ini akan sangat produktif bagi pengembangan isu-isu Islam di Asia.

Banyak masalah unik yang dihadapi negara Muslim di Asia yang tidak pernah terjadi di wilayah lain. Akibatnya, sering tidak terjamah pendekatan ilmiah.

Kerja sama tersebut diharapkan mampu membedah isu-isu tersebut sesuai dengan kebutuhan praktis masyarakat. “Di sinilah relevansi kerja sama ini,” ujarnya.

Kepala YASMA Kamboja Prof Madya Dr M Zein Musa menambahkan, terpilihnya UMM sebagai mitra ini sangat tepat, mengingat UMM merupakan kampus Muhammadiyah terbesar di Indonesia.

Sebagaimana diketahui, dia melanjutkan, masalah wakaf ini sangat dekat dengan Muhammadiyah. Organisasi yang lahir di Yogyakarta tersebut mendapat banyak manfaat dari hibah dan wakaf. “Saya banyak belajar dari Muhammadiyah,” katanya.

Sejumlah pemateri lainnya dalam seminar itu, antara lain, guru besar hukum Islam dari Internastional Islamic University Malaysia (IIUM) Madya Dr Azman Mohd Noor, pakar wakaf dari Australia, Robert John Pope, serta beberapa akademisi dari UMM, yaitu Prof Syamsul Arifin, Prof Dr Tobroni, Dr Moh Nurhakim, dan Ainur Rofiq PhD.

Peserta tidak hanya dari dalam negeri, juga hadir partisipan dari Malaysia, Kamboja, Thailand, Australia, dan Filipina.

Ke depan, menurut Zein Musa, kerja sama ini akan berkembang dan diperluas meliputi berbagai komunitas dan institusi Islam di berbagai belahan Asia yang peduli terhadap perkembangan isu-isu khas masyarakat Muslim, khususnya di lokalitas Asia Tenggara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement