REPUBLIKA.CO.ID, LILONGWE -- Isu aborsi membuat pusing pemimpin komunitas Muslim Malawi. Fenomena ini mendorong komunitas Muslim menyiapkan langkah-langkah strategis.
"Kami harus akui, ada masalah dalam komunitas kita. Jumlah remaja yang melakukan aborsi terus meningkat," ucap Fatima Ndaila, Ketua Organisasi Nasional Perempuan Muslim Malawi (MWO) seperti dilansir onislam, Ahad (26/1).
Tidak hanya komunitas Muslim saja yang dipusingkan isu tersebut. Komunitas agama lain pun tak kalah pusing. Menurut hukum Malawi, aborsi adalah ilegal. Dasar hukumnya, tindak aborsi mengancam nyawa ibu.
Undang-Undang no. 149 menyebutkan setiap orang memfasilitasi aborsi diancam hukuman penjara 14 tahun. Sementara, pelaku aborsi diancama hukuman 7 tahun penjara.
Menurut Kementerian Kesehatan Malawi, angka kematian ibu merupakan yang tertinggi di dunia, dengan persentase 35 persen. "Ada penelitian soal ini. Kita harus bangkit melawan tantangan ini," ucap Ndaila.
Ndalia mengatakan angka aborsi yang meningkat begitu menyayat hati. Ini jelas, tantangan besar yang perlu mendapat perhatian. "Kita perlu menyelamatkan anak-anak kita," kata dia.
Ndaila mengungkap para pemimpin telah mengakui informasi itu namun tidak melakukan banyak hal. Begitu hening, padahal di luar sana, banyak remaja putus asa sehingga melakukan aborsi.
Komunitas Muslim memang tidak tinggal diam melihat masalah tersebut. Mereka mulai memobilisasi kampanye kesadaran. Harapannya, banyak remaja berpikir ulang melakukan aborsi.
"Islam tegas menyatakan melarang aborsi. Itu sebabnya, melalui ajaran Islam, kami coba menekan dan melakukan pencegahan," kata Ndaila.
Aktivis perempuan, Chitera mengatakan seks pra nikah merupakan sumber aborsi. "Kami telah berusaha keras agar remaja menghindari seks pra nikah. Tidak mudah memang, karena menjangkau mereka itu butuh waktu," kata dia.
Kampanye yang sudah berjalan memang menitik beratkan pada bagaimana hukum Malawi seolah melegalkan aborsi. Belum lagi faktor kemiskinan menambah panjang masalah yang dialami masyarakat Malawi.
"Kami memahami, masalah ini bila dibiarkan akan berbahaya, kebanyakan pelaku aborsi mneinggal dunia. Sisanya, mereka tak lagi bisa memiliki anak," kata Seodi White, korndinator Nasional Perempuan dan hukum Afrika Selatan.
Jujur, kata dia, masyarakat Malawi harus bersiap lebih banyak kehilangan nyawa apabila masalah ini tidak ditangani dengan serius. Keterlibatan pemimpin agama menjadi pendorong penting agar aborsi bersifat tidak bermoral dan dosa.
Kordinator Nasional Biro Informasi Islam, Sheik Dinala Chabulika memastikan umat Islam menolak prilaku aborsi. "Kecuali apabila kandungan itu membahayakan ibu, Ini bisa ditolerir," kata dia.