Jumat 17 Jan 2014 23:09 WIB

Siapakah Pionir Perayaan Maulid Nabi SAW?

Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: smileyandwest.ning.com
Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti

Peringatan Maulid Nabi SAW pertama kali digelar sebagai media penyemangat para pejuang Muslim menghadapi tentara Salib.

Tepat pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau yang bertepatan dengan 20 April 571 Masehi, Muhammad SAW lahir di Makkah. Putra dari pasangan Abdullah dan Aminah tersebut lahir di Makkah, sekira 200 meter dari Masjidil Haram.

Mengutip Buku Pintar Agama Islam karya Syamsul Rijal Hamid, saat ini tempat kelahiran sosok yang dinobatkan sebagai Rasulullah di usia ke-40 tahun itu, dijadikan perpustakaan Maktabah Makkah al-Mukarramah.

Saat Rasul lahir, terjadi peperangan yang dipimpin Gubernur Yaman Abraha untuk menyerang Ka’bah dengan pasukan yang mengendarai gajah.

Namun, Abraha beserta pasukannya berhasil dihancurkan oleh pasukan burung ababil yang diperintah oleh Allah SWT.

Burung tersebut menyerang pasukan gajah dengan menghujani batu-batu dari tanah yang terbakar. Dengan adanya peristiwa tersebut tahun kelahiran nabi disebut dengan Tahun Gajah.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, di kemudian hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulid Nabi) menjadi momentum berharga yang kerap diperingati tiap tahunnya oleh segenap umat di belahan dunia dengan ragam tradisi masing-masing. Lantas, siapakah pionir pelaksanaan peringatan Maulid Nabi tersebut?

Masih menurut referensi yang sama, Peringatan Maulid Nabi Muhammad pertama kali diselenggarakan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi, pendiri Dinasti Ayyubiyah. Salahuddin merupakan jenderal dan pejuang Muslim Kurdi yang berasal dari Tikrit, Irak.

Keberaniannya dalam memimpin perang ketika itu dikenal oleh berbagai kalangan, baik kawan atau lawan. Saat itu, Salahuddin sedang berperang menghadapi Pasukan Salib yang berasal dari seluruh Eropa.

Pasukan Salib tersebut dipimpin oleh Richard yang dikenal dengan sebutan Si Hati Singa. Salahuddin kemudian sambil menyiapkan pasukannya menceritakan kembali riwayat Nabi Muhammad SAW.

Kisah Nabi Muhammad SAW dan perjuangannya dalam membela agama Allah sangat banyak dan perlu diteladani. Terutama, perjuangan saat Rasul dan pasukannya berperang melawan musuh Allah.

Kisah-kisah Rasulullah SAW yang diceritakan terkait dengan perang diikuti olehnya. Peperangan pun tidak bisa dihindari karena adanya perintah Allah SWT untuk membela diri.

Peperangan yang dilakukannya pun sekadar untuk menegakkan agama Allah dan mempertahankan diri. Tujuh perang besar yang diikuti Rasulullah, yaitu Perang Badar, Uhud, Ghatafan, Khandaq, Khaibar, Mu’tah, dan Hunain.

Setelah menceritakan kisah-kisah Rasulullah SAW, Salahuddin menjadikan kegiatan tersebut sebagai sarana untuk mengobarkan semangat juang dan berkorban untuk menyelamatkan umat Islam. Dampaknya terlihat positif dengan kemenangan Salahuddin.

Ia berhasil memimpin tentara Islam memasuki Yerusalem dengan mengalahkan pasukan Salib yang dipimpin oleh Richard. Setelah perang tersebut, peringatan Maulid Nabi Muhammad kemudian diselenggarakan pula oleh penguasa Islam di Timur Tengah.

Di antara penguasa lain yang menggelar kegiatan serupa, seperti Malik Muzhaffar Abu Sa’id yang menjadi penguasa di Irbil, Irak. 

Hingga kini, tradisi peringatan Maulid Nabi SAW tetap dipertahankan oleh banyak kalangan. Kegiatan tersebut, antara lain, bertujuan untuk membesarkan nama dan meneladani sirahnya.

Ini agar umat Islam memiliki semangat menegakkan agama Allah dan senantiasa mendengungkan nama Allah agar terus mendapatkan rahmat-Nya. Keteladanan Rasul tersebut sebagaimana tertuang di surah al-Ahzab ayat 21.

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW teladan yang baik bagimu ialah bagi orang-orang yang berharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah.”.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement