REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr HM Harry Mulya Zein
Tak terasa beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Rabiul Awal. Pada bulan itu umat Islam memperingati hari kelahiran Nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhamad SAW sebagai pembawa risalah kebenaran.
Maulid Nabi adalah momentum penting dan berarti bagi kita, untuk mengaktualkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Islam, sebagai uswahtul khasanah atau teladan yang baik bagi kita semua.
Dasar awal Islam menjunjung tinggi nilai-nilai universal, seperti keadilan, keadaban, kesantunan, dan toleransi. Islam menjunjung tinggi pengakuan dan penghormatan kepada seluruh masyarakat tanpa membedakan ras, warna kulit, jenis kelamin dan bahasa. Dalam agama Islam, manusia hanya sebagai hamba Allah SWT, yang diberi anugerah akal dan fikiran untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia.
Akhlak yang berisi nilai-nilai ketauhidan, nilai-nilai kebenaran dan kesucian serta nilai-nilai rahmatan lil alamin; rahmat bagi semesta alam. Nilai rahmatan lil alamain yang akan menghancurkan rasa iri, dengki, fitnah dan kemunafikan di tubuh umat Islam.
Ketika nilai-nilai ini diimplementasikan maka sangat diyakini akan terbangun hati-hati yang penuh rasa kekeluargaan, rasa kebersamaan sesama insan, tanpa memandang suku, latarbelakang ekonomi atau pun lainnya, di tubuh umat Islam. Jadi momentum Maulid Nabi tidak hanya membangun kesalehan pribadi, namun juga menciptakan kondisi kesalehan sosial.
Perbedaan yang ada jangan dilihat sebagai permasalahan, tetapi sebagai rahmat Allah SWT. Karena, manusia diciptakan Allah SWT dari seorang laki-laki (Adam AS) dan perempuan (Siti Hawa), kemudian menjadi bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan berlainan bahasanya.
Beranekaragam manusia bertujuan agar manusia satu dengan manusia lainnya saling kenal mengenal dan saling tolong menolong. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah Al-Hujuraat ayat 13, dimana artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah SWT ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.”
Ayat di atas membuktikan, sebagai manifestasi kesalehan individual dan sosial, momentum peringatan Maulid Muhammad sesungguhnya menjadi sangat penting ketika mampu menciptakan kondisi kondusif untuk terjadinya perubahan demi terciptanya masyarakat yang egaliter, toleran, dinamis dan beradab. Nilai-nilai muamalah (kemanusiaan) yang dibawa Nabi Muhammad merupakan bukti bahwa nilai-nilai Islam tidak hanya untuk sektor keagamaan semata, akan tetapi juga mampu menjadi solusi terhadap problematika sosial.
Implementasi nilai-nilai yang dibawa dalam peringatan Maulid Nabi menjadi sangat penting untuk menjaga kondusivitas tatanan bermasyarakat muslim Indonesia. Sikap tidak toleran, tindakan kekerasan apalagi terorisme, dan berbagai perilaku yang menyimpang dan penuh kemaksiatan patut dijauhkan.
Maulid Nabi juga merupakan momentum untuk membangkitkan kembali roh Masyarakat Madani. Roh yang terkandung dalam Masyarakat Madani adalah masyarakat yang berakhlak mulia. Masyarakat yang mengaktualisasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai Islam, sebagai uswahtul khasanah. Masyarakat yang mengutamakan kesalehan sosial di atas kesalehan pribadi. Masyarakat yang selalu terjaga dari perilaku-perilaku negatif. Masyarakat yang hukumnya sudah ditegakkan, dan masyarakat yang jauh dari nilai-nilai kemunafikan.