REPUBLIKA.CO.ID,
Jangkauan dakwah melalui radio lebih luas.
JAKARTA - Aliansi Radio Islam Indonesia (ARIN) sedang merintis kantor berita. CEO ARIN Dhea Qotrunnada mengatakan, setiap radio Islam yang tergabung dalam aliansi ini melakukan penguatan berita Islam. Ada sekitar 50 stasiun radio di seluruh Indonesia yang sudah bergabung.
Berita diselipkan selain program rutin radio, seperti muratal, ceramah, dan nasyid. Setiap Sabtu, aliansi ini menggelar siaran bersama secara langsung. Konten berita tak hanya dari ARIN, tetapi juga radio-radio yang ada di daerah.
Setiap daerah mengangkat berita paling aktual di wilayahnya masing-masing. “Kegiatan bersama dan program berita ini menjadi salah satu langkah mewujudkan ARIN untuk membuat kantor berita,” ujar Dhea, Ahad (5/1).
Ia mengatakan, ada rencana juga menyiarkan ficer sejarah peradaban Islam. Ini merupakan hasil reportase seorang jurnalis di Surabaya. ARIN juga sedang melakukan penguatan jaringan dengan radio-radio daerah dan menggelar muktamar.
Beberapa radio di luar negeri, kata Dhea, sudah masuk jaringan aliansi. Di antaranya, Radio Tarbiyah Jepang, Dompet Dhuafa Hong Kong, Persatuan Pelajar Indonesia di Belanda-Jerman, dan sebuah radio di Yaman.
Dhea mengatakan bahwa jumlah pendengar radio Islam cukup banyak. Namun, belum dapat dipastikan jumlahnya. Pendengar tergantung segmen yang diambil tiap-tiap stasiun radio. Radio komersial bisa menjaring pendengar hingga 500 ribu orang.
Selain radio gelombang FM, ARIN memandang komunitas AM memiliki pendengar yang fokus pada kesamaan latar belakang sehingga sentuhan mereka pun khas. ”ARIN terbantu dengan radio seperti itu karena jaringan bisa lebih luas,” kata Dhea.
Direktur Kreatif Radio Silaturahim (Rasil) 720 AM Muhammad Krisna Purwana membenarkan pandangan Dhea. Ia mengatakan jangkauan radio AM sebenarnya lebih luas. Pendengar Rasil bahkan hingga ke Singapura.
Diakui Krisna, Rasil memang tak terlalu aktif di ARIN. Tapi Rasil memiliki kesamaan, menyiarkan berita Islam. “Rasil kini telah memiliki kantor berita sendiri bernama Mina,” kata Krisna. Hingga saat ini, Rasil didengar sekitar 3,5 juta orang dari berbagai kalangan.
Rasil juga tetap fokus pada edukasi dengan memilih narasumber yang memiliki pemahaman agama yang baik dan memahami bidang ilmu masing-masing. Program dalam bahasa Inggris juga akan segera mengudara melalui siaran Rasil.
Pemutaran muratal 30 juz sehari tanpa iklan pun masih akan tetap berjalan. ”Tahun 2014 ini, Rasil tetap bertekad membuat masyarakat cerdas dengan menghadirkan narasumber yang kompeten dan tidak
komersial,” ujar Krisna.
Selain itu, radio Dakta memiliki warga yang berbeda dalam mensyiarkan Islam. Kru Dakta Maula Ahmad mengatakan bahwa tahun ini Dakta berencana mengoptimalkan laman yang mereka miliki dan mulai mengoperasikan stasiun televisi online.
Sekarang, Maula menjelaskan, konsep Dakta berubah dari yang semula hiburan religi, ditambah pemberitaan Islam.
Sebagai pelopor radio Islam, Dakta ingin juga merencanakan siaran yang lebih variatif. Tapi, siaran dakwah tetap menjadi andalan.
Melalui radio dakwah lebih efektif karena dapat menjangkau orang-orang dengan mobilitas tinggi. Salah satunya adalah kajian Islam yang berlangsung dari pukul 20.00 hingga 22.00 WIB. Pendengar Dakta pun bervariasi, mayoritasnya merupakan kalangan menengah ke atas.
Dakta, kata Maula, melibatkan para pendengarnya dalam berbagai kegiatan. Pengelola radio ini sering melakukan kegiatan off air dan aksi sosial bersama pendengarnya.