Jumat 03 Jan 2014 01:27 WIB

Gelar Kehormatan untuk Ulama Leicester

Muslim Inggris usai melakukan shalat Idul Fitri di Central Mosque London.
Foto: AP Photos
Muslim Inggris usai melakukan shalat Idul Fitri di Central Mosque London.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Heri Ruslan

Pergantian 2013 ke 2014 menjadi salah satu momen terindah dalam hidup Asim Hafiz. Ulama muda yang menetap di Leicester, Inggris, itu didaulat sebagai satu dari 11 tokoh di Leicester yang mendapat gelar kehormatan Order of the British Empire (OBE).

Tak sembarang orang bisa meraih penghargaan bergengsi yang mulai diberikan sejak 4 Juni 1917 oleh Raja George V itu. Hafiz dianggap berjasa karena mengabdikan dirinya sebagai ulama yang bertugas di tubuh militer Inggris.

Hafiz bertugas mendampingi militer Inggris yang bertugas di Afghanistan. Sehari-hari, ia berhubungan dengan masyarakat lokal di Afghanistan untuk menciptakan perdamaian di zona merah itu. Tugasnya, mengharmoniskan hubungan antara masyarakat lokal dan militer Inggris.

Ia terbang ke wilayah perang pada 2010 dan menyelesaikan tugasnya pada 2012. Keberaniannya menantang maut di zona perang membuatnya diganjar dengan penghargaan yang sangat bergengsi.

“Saya sangat terkejut dan sangat berterima kasih telah dianugerahi OBE atas kerja saya dengan militer,” ujar ayah tiga anak itu seperti dikutip dari laman leicestermercury.co.uk.

Hafiz berharap, penghargaan yang diberikan kepadanya dapat mendorong timbulnya hubungan yang lebih baik antara militer Inggris dan komunitas Muslim.

Menurutnya, pemahaman yang lebih baik dan saling menghormati antarpemeluk agama dan kebudayaan dapat menciptakan stabilitas di dunia.

Bertugas sebagai imam dan ulama di militer Inggris, kata Hafiz, merupakan sebuah kebanggaan. “Saya berharap bisa terus melanjutkan tugas ini pada masa depan,” tuturnya.

Selain Hafiz, tokoh yang meraih gelar kehormatan itu, antara lain, Professor Helen Atkinson dari Universitas Leicester, William Cox, Dr Geoffrey Hanlon, Michael Roberts, Clare Taylor, serta Teresa Walton.

Inggris diakui sebagai salah satu tempat terbaik di dunia untuk seorang Muslim. Hal itu sempat dilontarkan oleh Shaynul Khan, asisten direktur Masjid East London.

“Tidak ada tempat lain di luar Inggris. Saya bangga tinggal di Inggris,” kata dia seperti dikutip deustche welle, beberapa waktu lalu.

Yang lebih menarik, populasi pemuda Muslim di Inggris terus meningkat. Menurut sebuah survei, jumlah populasi Muslim di Inggris mencapai tiga persen, namun terjadi kenaikan pada sampel usia 18-26 tahun, yakni 11 persen.

Sebaliknya, ada penurunan populasi pemuda di kalangan komunitas Kristen. Awalnya, sekitar 55 persen populasi mengidentifikasi diri mereka sebagai Kristen. Ketika disempitkan pada kategori usia 18-26 tahun, persentasenya menjadi 33 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement