REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah
Al-Haitham adalah salah seorang ilmuwan Muslim multidimensi.
Abu Ali al-Hasan Ibn al-Haitham lahir di Basra, Irak, sekitar 965 M atau 354 H. Karier ilmiahnya dimulai di Basra dan berkembang pada akhir abad ke-10 hingga awal abad ke-11.
Di Eropa, ia dikenal sebagai Alhazen. Sejak karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12, ia mengubah pemahaman kontemporer mengenai cahaya dan visi.
Untuk memuaskan dahaganya akan ilmu pengetahuan dan kebenaran, al-Haitham mempertanyakan dan menguji banyak hal di bidang fisika, astronomi, khususnya optik. Bukunya, opus magnum Kitab al-Manazir (Kitab Optik), memengaruhi ilmuwan di dunia Arab dan Latin.
Selain optik, ia juga berkontribusi dalam matematika, astronomi, obat-obatan, dan kimia. Selain fisika dan optik, ia juga menulis lintas bidang, antara lain, botani, teknik, logika dan metafisika, etik, bahkan agama.
Deskripsi mengenai jam air ciptaan al-Haitham terdapat dalam kitab Maqala fi Amal al-Binkam. Dua salinan kitab ini berada di Perpustakaan Suleymaniye Istanbul, Turki. Dalam kitab itu dijelaskan secara rinci mengenai jam air.
Ia menulis jam air merupakan penemuan baru yang memberi petunjuk jam dan menit. Jam di masa itu belum memberi petunjuk mengenai jam dan menit. Ia membuat jam itu secara trial and error beserta kalkulasinya.
Al-Haitham menggunakan silinder dengan lubang kecil di dasarnya sebagai penggerak utama untuk memberitahu waktu.
Begitu silinder tersebut tenggelam ke dalam tangki berisi air, cara kerjanya menyerupai jam air. Cara kerja ini kemudian diadopsi ahli teknik Muslim, al-Muradi, Ibn Ridhwan al-Sa’ati, dan al-Jazari.
Jam air al-Haitham menggunakan teknologi aliran air ke dalam, tidak seperti teknologi jam air saat itu yang memakai teknologi aliran air ke luar.
Jam air diperkirakan ditemukan di India pada awal abad kelima. Jam air dengan memanfaatkan aliran air ke dalam telah ada di Cina pada masa Dinasti Han (206 SM).
Meski demikian, tidak ada kaitan antara jam air buatan al-Haitham dan jam air buatan Tan Zheng yang bertahan selama satu milenium.
Kemungkinan al-Haitham mendapatkan ide dari Timur yang ia dapatkan ketika berada di Basra. Orang India menyebut jam air dengan “Ghatika Yantra”.
Penggunaan jam air aliran ke dalam bukanlah hal baru. Namun, al-Haitham menggunakannya untuk menentukan jam dan menit.
Ia juga menciptakan skala untuk memberitahu waktu sehingga mampu mengatasi masalah ketidakseragaman gerakan silinder yang terendam air.
Pada dasarnya, silinder yang terendam air terpasang pada seutas tali atau benang. Tali tersebut terhubung pada lubang tempat cakram bundar terpasang.
Begitu silinder tenggelam secara vertikal dan konsentris ke dalam tangki silinder luar, tali akan memutar cakram pada poros horizontalnya.
Ibn al-Haitham membagi cakram menjadi 24 bagian untuk dapat memberitahu waktu dengan subbagian yang bisa memecah jam hingga menit. Ia mengalibrasi sendiri tiap bagian sehingga tiap divisi memiliki jeda waktu satu jam.
Silinder tersebut dibuat agar tenggelam dalam waktu 24 jam. Bagian yang telah ditandai pada cakram dilewati penanda yang dapat memberitahu mengenai waktu saat itu.
Penanda tersebut dipasang terpisah dari cakram. Cakram itu bisa dipasang di dalam kotak yang melindungi penanda.
Silinder dipasang agak jauh dari kotak cakram sehingga siapa pun yang melihatnya hanya bisa melihat kotak cakram. Ukuran tali disesuaikan dengan jarak tersebut.
Ibn al-Haitham sangat teliti dalam pekerjaannya untuk memastikan keakuratan jam air buatannya. Ia memecahkan masalah agar silinder dalam bisa bergerak secara konsentris di dalam tangki silinder luar. Caranya dengan menggunakan rangka tempat silinder dalam beroperasi.
Ia tidak menjelaskan bagaimana caranya membuang air dari dalam silinder. Kemungkinan ia menggunakan pipa untuk mengosongkan kedua silinder.
Teknik ini terlihat paling mudah dibanding teknik lainnya. Penjelasan al-Haitham mengenai jam air buatannya dalam kitab Maqala fi Amal al-Binkam sangat rinci. Jam air itu unik dan belum pernah ada sebelumnya.
Ia memberikan pandangan pentingnya mengenai berbagai jenis jam yang ada. Menurutnya, jam-jam tersebut tidak akurat karena tidak memberikan informasi yang cukup untuk menunjukkan jam dan menit.
Karena alasan itulah ia membuat jam air ini. Jam tersebut bisa menunjukkan waktu satu jam, setengah jam, seperempat jam, dan menit.
Belum diketahui mengapa al-Haitham memilih menggunakan jenis jam air dengan aliran air ke dalam. Bukan dengan aliran air ke luar, seperti yang dipakai bangsa Yunani.
Sulit juga menjelaskan mengapa ahli teknik Muslim yang ada setelah al-Haitham tidak pernah merujuk pada jam buatan al-Haitham.