Ahad 29 Dec 2013 17:42 WIB

Ibu, Madrasah yang Utama Bagi Anak

Rep: ratna ajeng tejomukti/ Red: Damanhuri Zuhri
Tampak seorang ibu tertawa dan berbicara kepada bayinya
Foto: corbis
Tampak seorang ibu tertawa dan berbicara kepada bayinya

REPUBLIKA.CO.ID,

Ibu ibarat madrasah jika engkau persiapkan

maka ia akan mencetak bangsa yang unggul

(Muhammad Hafizh bin Ibrahim, 1932 M)

Pimpinan Majlis Taklim  An-Nurmaniyah Kebon Jeruk Ustazah Nurma Nugraha MA mengatakan, ibu tidak hanya mengandung dan melahirkan anak, juga bertugas untuk menyusui, memelihara, mendidik, memperhatikan pertumbuhan dan kebutuhannya, bahkan hingga cucunya.

Tak berlebihan jika ibu berkontribusi besar pada kesuksesan seorang anak. Sosok ibu yang salihah akan diserap oleh seorang anak. “Mulai dari pendidikan di kandungan,” ujarnya.

Nurma menjelaskan ibu yang baik akan selalu mengajarkan kebaikan dalam setiap kegiatan yang dilakukan untuk anaknya. Pendidikan yang ditekankan tidak hanya bertumpu pada kecerdasan intelektual, tetapi juga mengajarkan emosional dan spiritual.

Bagaimana cara berbicara, berjalan, dan mengenal lingkungan sekitar, ibulah yang mengajarkan. Anak yang patuh, ramah, atau anak yang pembangkang dan pemarah bergantung dari ibu yang mendidiknya. “Ibu bertanggung jawab atas emosional anak,” ujarnya.

Nurma mengemukakan, perhatian seorang ibu tidak pernah terputus. Bahkan, saat anak telah lepas dari pengasuhan ibunya. Ibu tetap menjaga dan mendidik anak saat usia sekolah.

Ibu mengetahui kebutuhan anak-anaknya untuk usia TK, SD, SMP, SMA, kuliah, bekerja, bahkan saat menikah nanti. “Arah masa depannya ditentukan ibu,” katanya.

Ustazah Nurma mengatakan, hendaknya seorang ibu memainkan peran sebagai pendidik secara maksimal. Menurut dia, ibu yang pandai akan mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Sekolah memang ada batasnya, tetapi menuntut ilmu akan berlanjut hingga kematian menjemput. “Ibu tidak boleh berhenti belajar,” ujarnya tegas.

Contoh sederhana, ia mengungkapkan, misalnya soal penguasaan teknologi. Ibu mesti pula melek teknologi agar dapat mengawasi tumbuh kembang buah hatinya.

Selain teknologi, ibu juga harus dekat dengan orang-orang alim. Anak-anak yang dekat dengan agama tentu memiliki seorang ibu yang dapat mendidik dan mengajarkan anaknya secara Islami.

Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listiyarti menegaskan, sekolah memang memiliki peran penting dalam mendidik anak pada hal ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tetapi perilaku, emosional, dan karakter anak merupakan hasil dari peran pendidikan dan pengasuhan orang tua, terutama seorang ibu. “Peran ibu sebagai pendidik buah hati sangat strategis,” katanya.

Retno yang juga guru SMAN 13 Tanjung Priok, Jakarta Utara, menambahkan, ibu merupakan peletak dasar pendidikan sejak anak dalam kandungan.

Karakter yang dimiliki seorang anak ketika besar bergantung dari pendidikan yang diterapkan ibunya di rumah. Sebagai contoh, ibu yang mengajarkan anaknya membaca sejak kecil, budaya tersebut akan tertanam hingga dewasa.

Ibu yang menciptakan keluarga yang harmonis dan anak yang bahagia di dalamnya akan berdampak pada perilaku anak yang berkarakter baik ketika di luar rumah. “Anak yang bermasalah, pasti ada masalah keluarga,” ujar Retno.

Dan tak kalah penting, katanya, ibu yang mendidik anak dengan prinsip-prinsip agama akan berpengaruh pada kehidupan anak yang akan berlandaskan agama. Ibu mendidik jujur, tidak melakukan tindakan kekerasan verbal maupun fisik terhadap anak akan terbawa hingga ke sekolah.

Retno mengutarakan, seorang ibu berkewajiban pula mengawasi buah hatinya. Kemajuan teknologi, justru membantu memaksimalkan peran pendidik di satu sisi. Komunikasi yang berkualitas meski singkat lebih baik dibandingkan bertemu setiap hari tetapi tidak ada komunikasi yang efektif. “Sebab, kasih sayang bukan sebatas harta,” kata Retno menegaskan.

Peran ganda

Retno menambahkan, seorang ibu juga mengemban peran ganda. Selain mesti berperan sebagai ibu bagi buah hatinya, ia bersama suami dituntut menciptakan keluarga yang utuh dan hangat. “Harus mampu sebagai ibu sekaligus mengurus suami,” ujarnya.

Peran ganda itu, kata Nurma, bahkan diibaratkan dalam satu ungkapan, yakni “seorang ibu dari terbit matahari sampai terbenam adalah mata suami”.

Meskipun telah memiliki anak, seorang ibu tetap bertanggung jawab kepada suaminya. Ibu bertugas sebagai pendamping suami, pendidik anak, dan juga anggota masyarakat. “Ibu merupakan hamba Allah SWT yang dicinta,” kata Nurma menambahkan.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement