Ahad 29 Dec 2013 17:29 WIB

Rokhmin Dukung Pengembangan Pesantren Bahari

Rep: amri amrullah/ Red: Damanhuri Zuhri
Rokhmin Dahuri
Rokhmin Dahuri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia yang juga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri mendukung rencana pengembangan pesantren bahari di seluruh Indonesia.

''Indonesia sebaiknya mengembangkan pesantren bahari. Sebab, sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, kekayaan laut Indonesia hingga kini belum dioptimalkan,'' jelas Rokhmin Dahuri kepada Republika, Ahad (29/12).

Padahal, sambung Guru Besar Institut Pertanian Bogor ini, potensi ekonomi kelautan Indonesia luar biasa. ''Potensi ekonomi kelautan Indonesia sekitar 1,2 triliun dolar AS per tahun dengan potensi lapangan kerja 40 juta orang,'' jelasnya.

Menurut pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat ini, bila alumni pondok pesantren yang punya iman dan takwa dan dilengkapi ketrampilan teknologi serta bisnis kelautan, insya Allah Indonesia akan cepat menjadi baldatun wa rabbun ghafur (negeri makmur) melalui pembangunan kelautan, jelas Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Maritim dan Perikanan.

Rencana pengembangan pesantren bahari di seluruh Indonesia digagas Kementerian Agama. “Potensi lokal pesantren di wilayah maritim ini perlu dikembangkan dan dibantu,” ujar Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama Ace Saepudin, Kamis (26/12).

Menurut Ace, pengembangan pesantren bahari dinilai penting karena dari komunitas pesantren pesisir inilah masyarakat Muslim tradisional menjaga potensi kelautan.

Pengembangan pesantren bahari tidak hanya meningkatkan kualitas pemahaman agama masyarakat pesisir, tapi juga berbagai pengetahuan potensi ekonomi dan perikanan di sana. Menurut Ace, Kemenag akan bekerja sama dengan Fakultas Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.

“Beberapa dosen pun akan diajak ke beberapa pesantren pesisir untuk melihat potensi perikanan dan tambak yang bisa dikembangkan,” ujarnya. Ini sekaligus sebagai transfer pengetahuan antara akademisi ke masyarakat pesisir agar ilmu kelautan dan perikanan langsung bisa dirasakan pesantren pesisir.

Saat ini, kata Ace, setidaknya sudah 120 pesantren yang tergabung di pesantren bahari. Beberapa pesantren bahari tersebut terdapat di wilayah pantai utara Jawa Tengah dan Timur dan wilayah pesisir dan kepulauan di Gorontalo.

Ke depan, ia pun berharap ada kerja sama yang terus-menerus bersama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengelolaan perikanan lebih jauh.

Ia mengungkapkan, Pesantren Bahari merupakan pondok pesantren yang letak geografisnya berada tidak jauh dari laut atau yang memiliki kegiatan produksi di bidang kelautan dan perikanan.

Pesantren ini juga melaksanakan pelatihan kelautan dan perikanan, baik formal maupun nonformal. Saat ini, sudah ada sebuah komunitas pesantren bahari yang tergabung dalam Forum Silaturahim Pesantren Bahari (FSPB).

Salah satu pionir pesantren itu, yakni Pondok Pesantren Sunan Drajat di Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Pondok Pesantren Sunan Drajat telah mengembangkan berbagai produk bisnis pesantren.

Seperti, memproduksi garam samudra dengan rancangan alat pembuat garam yang baik dengan memiliki instalasi pemurnian garam dan berbagai produk bisnis lainnya. Dengan demikian, santri dan masyarakat dapat merasakan keuntungan ekonomi yang lebih baik.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebenarnya telah melakukan pendekatan ke beberapa pesantren pesisir yang tergabung dalam FSPB.

Bahkan, setahun yang lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo menetapkan Pondok Pesantren Sunan Drajat di Paciran Lamongan sebagai Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP).

Menurut Sharif, pondok pesantren bahari merupakan salah satu motor penggerak percepatan industrialisasi kelautan dan perikanan melalui berbagai kegiatan usaha yang dilakukannya.

“Adanya pesantren bahari diharap mampu menstimulasi masyarakat untuk dapat tumbuh dan berkembang sebagai pusat pertumbuhan dan perkembangan perekonomian,” ujarnya.

Dengan penetapan Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai P2MKP setidaknya awal pengembangan potensi pesantren bahari dapat menjadi inkubator bisnis kelautan dan perikanan.

Pemerintah berharap, dengan pengembangan pesantren bahari ini lembaga pendidikan pesantren bukan hanya tafaqquh fiddin, melainkan juga mempunyai fungsi kesejahteraan dalam bingkai penyiaran dan pelestarian agama Islam di pesisir. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement