Rabu 13 Nov 2013 19:17 WIB

Hikmah 'Musim Semi Arab' Bagi Malaysia

Bendera Malaysia
Foto: 360celsius.com
Bendera Malaysia

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pemberdayaan dan keterlibatan pemuda Muslim merupakan satu masalah yang dihadapi negara-negara Islam. Banyak pemuda Muslim berpikir, negara mereka tak lagi menjanjikan masa depan yang cerah.

Hal itu diungkap Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak ketika berbicara di United Nations Association Malaysia (UNAM), Kuala Lumpur, seperti dikutip news straits times, Rabu (13/11). Menurut Najib, sebagai pemimpin masalah ini tidak harus direspon dengan mengontrol internet atau melarang alat komunikasi terbaru.

Sebaliknya, para pemimpin harus memastikan pemuda diberikan ruang dan kesempatan dalam masyarakat.

"Kita harus ciptakan sistem politik dan ekonomi yang memungkinkan aspirasi pemuda ditampung. Singkatnya, kita harus berpikir modern dalam menangani masalah pemuda," kata dia.

Di Malaysia, kata Najib, reformasi ekonomi yang telah dirintis puluhan tahun telah mendorong lebih banyak kesempatan para pemuda untuk lebih mengakomodasi perubahan. Ini membuat Malaysia bisa menjadi contoh negara Islam lainnya sehingga terhindar dari 'musim semi'.

"Kita tidak hanya makmur, tapi mampu mengalahkan narasi anti-modernisasi dan regresif yang merupakan inti khutbah para ekstrimis," kata dia.

Najib mengatakan mempromosikan ajaran moderat dalam Islam dan pemahaman antara Muslim dan non-Muslim menjadi bagian integral dari kebijakan luar negeri Malaysia. "Ini merupakan tantangan global di mana saya percaya Malaysia dapat membuat perbedaan positif," kata dia,

"Malaysia menggunakan pengaruh global untuk mempromosikan konsep wasatiyyah (moderasi). Saya percaya, kita juga harus berusaha menetapkan contoh yang baik dalam hal pemberdayaan perempuan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement